Ruang tamu tampak semu tanpa ada suara ramainya. Ria panggilan istimewa untuk sosok yang kusayang. Kulit coklat halus serta tatapan tajam dari matanya selalu membuatku rindu. Tubuhnya yang mungil selalu hangat dalam dekapanku.
Hari itu berbeda tanpa ada dirinya. Tiga hari kucari, tak kunjung kutemui sorotan tajam matanya yang lama kunanti. Setiap masa kuhabiskan waktu dengannya seperti belanja, makan, bermain, dan bercanda bersama. Hampa kurasa tiga hari dirinya hilang bak ditelan dunia.
Malam sunyi diiringi rintikan hujan membaur bersama semilir angin malam. Kuminum kopi di ruang tamu, sendiri tanpa ada yang menemani. Aku tatap lampu teras di tengah gelapnya malam. Tampak sorot mata tajam yang tidak asing dari pandanganku, “Kaukah itu Ria?” ucapku lirih. Perlahan sosok itu mendekatiku dengan suara khasnya meong... meong... meong. Senyum tipis tertoreh di wajahku sebagai wujud rasa rindu yang menggebu.