Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Dasar Logika sebagai Modal berdiskusi

30 November 2009   11:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:08 3976 0
Apa logika itu?, logika dari bahasa Yunani yaitu Logike atau Logikos yang bisa juga berarti Logos artinya alasan, sebagai alasan (reasoning) atau alasan argumentasi yang tidak bertabrakan dengan alasan lain yang telah dibuat dalam suatu wacana kalimat. Jadi hal yang berhubungan dengan logika tidak harus berhubungan dengan hitungan seperti Matematika dan Fisika. Logika adalah sebagai dasar atau alasan bagi seseorang untuk mengatakan sesuatu dan melakukan sesuatu agar tercapai tujuannya, dan tujuan itu salah satunya adalah solusi baru. Dasar logika (logical base) ada banyak, mirip dengan faham atau aliran, tetapi sebenarnya bukan, beberapa diantaranya yaitu: 1. Analisa - Sains (Analytical - Science), analisa semua masalah yang diinginkan dan atau dibutuhkan secara obyek maupun subyek, yang akhirnya mengarah ke ilmu pengetahuan (science), hampir semua logika ilmu pengetahuan yang muncul berasal dari analisa. Hasil dari analisa menghasilkan fakta (fact) yang mengarah pada bukti empiris (benar, nyata & tak terbantahkan), exist atau not exist, juga menghasilkan theory (dugaan/ asumsi/ spekulasi) dan bila ditambahkan dengan kreatifitas dan imajinasi, maka akan menghasilkan teknologi yang bisa memberi solusi bila dimanfaatkan dengan tujuan yang berguna untuk menolong yang lain. 2. Religi/ Mistik/ Iman pada Tuhan (Religion/ Superstition/ Faith on God), yang merupakan basic logika berdasarkan keimanan agama tertentu, mistik dan Tuhan tertentu, intinya adalah semua bentuk pola pikir secara individu atau kelompok (komunitas) yang mengacu pada keuntungan kelompoknya sendiri dan akhirnya semua untuk Tuhan ataupun mahluk mistik lainnya, yang dianggap Tuhan mereka. Dan bila untuk Tuhan, maka penganut logika jenis ini bila sudah fanatik, maka dengan suka rela juga mampu menghancurkan kelompoknya hanya untuk Tuhan walaupun hanya perbedaan sedikit saja dalam penafsiran ayat-ayat dalam kitab sucinya. Tatanan tertinggi dari Faith on God ini adalah Universalism, walaupun menggunakan kata Universal yang artinya menyeluruh dan bisa diterapkan pada semuanya, ternyata tidaklah demikian, ini hanya konsep, tetapi tetap tidak bisa dilakukan, karena sesungguhnya terjadi bentrokan logika yang tajam bila dipelajari lebih jauh, mengapa? sebab katanya universal, tetapi tuhannya tetap aliran monotheism, bagaimana dengan agama lain yang punya tuhan lebih dari satu? lalu apanya yang universal?. Bukankah di setiap agama biasanya, tuhannya atau utusannya selalu berkata “Gunakan hatimu”, makanya mereka para agamis tidak pernah menggunakan “otaknya” tetapi hatinya, dimana kita tahu bahwa hati tidak bisa berpikir dan hati dalam konteks ini adalah perasaan (emosi). 3. Idola, logika ini muncul karena mempelajari ataupun diajari dan atau menyukai sesuatu atau seseorang dengan cara berlebihan, hingga bila ada orang lain yang dianggap mengalahkan idolanya, maka pengidolanya (pelaku yang suka dengan idolanya) akan selalu menolak alasan apapun, dan selalu akan membuat idolanya selalu berada di atas apapun, bila digabungkan logika religi/ mistik, maka akan menghasilkan orangorang yang tidak mampu berfikir dan selalu terpenjara oleh pikirannya hingga cenderung menjadi terorist relijius bila sudah parah. Perbedaan antara kejeniusan dan kebodohan adalah, kejeniusan ada batasnya, sedangkan kebodohan karena campuran religi dan idola, merupakan kebodohan tanpa batas. 4. Care to Others (Humanism - Unconditional Love), logika yang berdasar pada cinta kasih dan peduli pada sesama, cinta kasih dan peduli pada kelompok lainnya, pada mahluk cerdas lainnya, pada satwa, pada tumbuhan, pada lingkungan dan jagat raya ini, lebih sering dikenal dengan nama unconditional love atau kata metaforanya “Nurani’ . Care to others ini dalam bahasa salah satu agama disebut dengan kata amal, walaupun sebenarnya sangat berbeda, sebab care to others tidak meminta balasan, bila amal meminta balasan agar masuk surga. 5. Rasisme (Racism), logika yang mengarah pada etnis ras, jenis kulit, suku, dan perbedaan tubuh lainnya baik secara individu ataupun kelompok, yang mengacu pada keuntungan kelompoknya sendiri. 6. Nasionalisme (Nationalism/ Fascism), logika yang mengarah pada lingkungan, tempat tinggal, kelompok, negara dan area komunitas tertentu, nasionalisme yang berlebihan disebut Fascism. 7. Seni & Desain (Art & Design), logika yang berdasarkan imajinasi, Sense of Art (Intuisi) yang mungkin bisa cocok dengan gambaran masa lalu, masa kini dan masa depan, sebab logika seni kadang berbasis logika analisa secara science, hingga bila di proyeksikan teknologi terkini, maka bisa dibayangkan secara imajinasi proyeksi ke masa depannya seperti apa?. Demikian juga masa lalu seperti apa?, hal ini bisa dilihat dari analisa benda prasejarah dan sejarah yang dimiliki saat ini. Namun karena seni, maka kesesuaian dengan yang terjadi dengan kejadian sesungguhnyapun tentu tidak presisi, namun paling tidak bisa memberi inspirasi dan nilai kebijaksanaan yang bisa dipetik (moral). Theory juga berdasarkan imajinasi yang diasumsikan (diumpamakandemikian) walaupun belum jelas apakah memang nantinya demikian (speculative) sebab kata theory berasal dari bahasa Yunani “Theoria“ yang berarti “Spekulasi”, theory juga masuk ke dalam Science. Namun untuk menjadi Physical law memerlukan observasi bahkan bukti empiris atau benar sesuai fakta dan tak terbantahkan, maka theory akan berbenturan dengan ujian dan memerlukan fakta-fakta yang akan mendukung dan ditemukannya kemudian hari atau di masa depan. Tetapi theory yang sudah menjadi law  apakah juga nantinya tidak berubah?, kemungkinan itu ada, mengapa?, sebab penemuan dan pola pikir juga terus berevolusi hingga ada kemungkinan law akan turun tingkatnya menjadi theory lagi atau bahkan tidak dipakai lagi, dan yang dulunya theory akan naik menjadi law, ingat “satu-satunya yang abadi hanya perubahan itu sendiri”. 8. Ada dan Tidak ada (Exist & Not Exist), merupakan logika yang berdasarkan acuan bahwa obyek atau subyek yang dibahas itu ada ataukah tidak ada di alam ini untuk menyelesaikan masalah, terkadang disebut juga dengan istilah real dan unreal. Ada orang yang sok pintar dan sok bijak mengatakan bahwa hidup adalah ilusi!, atau hidup adalah simulasi hologram!. Bila hidup ini cuma ilusi, maka bunuh saja semua orang dan lakukan saja semau kita di dunia ini, mengapa?, sebab hidup ini cuma ilusi, semuanya ilusi, anak, istri, kekasih, sahabat, manusia, tumbuhan, satwa dan lainlain itu juga ilusi, maka buat apa saya serius dengan hidup ini?. Sekali lagi hidup ini exist bukan ilusi, bukan fantasy, bukan games, kenapa tahu?, sebab kita belum bangun sama sekali dari ilusi ini bukan? oleh karena itu, hargailah semua kehidupan yang ada. Hidup ini cuma ilusi, mirip kata-kata yang diucapkan oleh para pecandu obat-obatan atau benda yang membuat otak kita terplintir hingga otak kita mampu membuat ilusi apa yang kita lihat seperti apa yang kita mau. Ilusi ataukah realitas?, tidak peduli, yang penting kita berbuat yang terbaik pada sesama!. 9. Hukum Pidana & Perdata yang dibuat oleh manusia dengan tujuan memperbaiki tatatan masyarakat, Rules of the Game (aturan main) dari masyarakat tertentu yang berguna untuk melindungi mereka sendiri baik secara internal maupun external. Jangan dibingungkan dengan hukum agama, yang aturannya tidak bisa diubah karena aturan dari Tuhan. 10. Berdasar Waktu, Masa atau Zaman, semua logic yang ada saat itu, suatu saat pola pikir berkembang dan berevolusi seiring proses waktu, peradaban, kebudayaan, pola pikir, pemahaman, kemanusiaan dan kebijaksaan di waktu itu tentunya. Hingga ada kemungkinan logika yang dulunya logis menjadi tidak logis lagi, sebab semua tatanan sudah berubah. 11. Berdasarkan Power, Kekuasaan, Jabatan, Otoritas, apapun yang menentang seorang penguasa pasti salah. Oleh karena itu di masa lalu, untuk menjadi Raja harus membunuh Raja. Di masa kini juga masih ada, namun dengan level dan komposisi yang berbeda, tetapi endingnya, apapun yang kamu katakan, aku pimpinanmu, oleh karena itu kamu aku pecat, oleh karena itu kamu aku hukum dan lain-lainnya. Seseorang yang punya kekuasaan dan tidak ada yang berani menghentikannya disebut dengan nama Diktator, lebih tinggi lagi tingkatannya disebut dengan istilah Tyrant. 12. Berdasarkan Kekayaan secara Ekonomi (Wealth), muncul pepatah “tidak semua hal dinilai dengan uang”, tetapi juga muncul istilah umum ini “memang tidak semua bisa dinilai dengan uang, tetapi ada banyak masalah bisa diselesaikan dengan uang”, uang memang mirip dengan power, tetapi ada orang yang punya Power tapi tidak punya uang (^_^). Ekonomi, melahirkan pola pikir bisnis, maka cita-cita yang luhur berupa idealisme yang mengarah ke perbaikan masyarakat secara ekonomi & lebih bijak atau memperbaiki pola tingkah laku masyarakat secara ekonomi & lebih bijak, akan menjadi mentah, sebab bisnis dan perbaikan masyarakat pola pikir keduanya akan selalu berbenturan sedikit ataupun banyak. Namun akhirnya faktor bisnislah yang biasanya keluar menjadi pemenang, mengapa?. Sebab dengan mencampurkan bisnis dan cita-cita membantu orang lain ataupun membantu dengan dana karena peduli pada yang lain, maka akan membuat goyah perusahaan ataupun ekonomi seseorang bila belum kuat, tetapi silakan saja dilakukan bila faktor kekayaan secara ekonominya sangat bagus. Yang selalu terjadi bentrokan antara bisnis dan sosial ini biasanya perusahaan atau organisasi yang menerjuni bisnis Pendidikan, Media Cetak atau Elektronik, seperti TV, radio, penerbitan koran, dan lain-lainnya yang awalnya untuk pengabdian pada masyarakat atau sosial, tetapi akhirnya banyak yang menjadi murni bisnis, hal ini terjadi karena orang-orang yang berkerja di dalamnya ingin survive. 13. Prestige (Gengsi), logical base versi gengsi ini lebih sering bertentangan dengan hukum ekonomi, karena mana mungkin orang membeli mobil yang lebih boros, belum canggih, tetapi lebih mahal misalnya?, ataupun product-product tertentu yang kalah canggih dari segi fungsi dan bentuk, tetapi orang lebih memilih product biasa saja, tetapi lebih dikenal?. Kesemuanya itu berhubungan dengan logika Prestige (gengsi), dimana orang tersebut sudah berlebihan uangnya, hingga mencari cara bagaimana mengeluarkan uang dengan cara cepat, tetapi bukan dilarikan untuk membantu orang lain, namun lebih ke barang-barang yang salah satunya semakin boros semakin hebat orang tersebut. Hal itu untuk menunjukkan kelas kekayaan orang tersebut, dan akan mengangkat gengsinya lebih tinggi. 14. Berdasarkan Cinta, cinta ini disebut dengan nama Conditional Love/ Transcational Love, tentu berbeda dengan cinta kasih (Care to Others/ Unconditional Love), cinta seperti ini terlihat tidak begitu logika, tetapi sebenarnya adalah salah satu basic logika, cinta versi Conditional Love muncul karena kondisi tertentu diantaranya: Sering ketemu, ketampanan, kecantikan, keremajaan, kepintaran, kedewasaan, kebijaksanaan, kekayaan, keseksian, ke-macho-an, kehandalan variasi seks, dan hal-hal lainnya yang belum penulis sebutkan. Dan karena itulah cinta menjadi dasar alasan logika seseorang untuk melakukan sesuatu, seseorang bahkan bisa menjadi pahlawan ataupun penjahat karena memperjuangkan cinta. 15. Berdasarkan Dendam, ini adalah logika yang benar-benar buta, bila seseorang sudah demikian dendam, maka dendam ini benar-benar menjadi spirit yang kuat (semangat yang kuat) luar biasa. Dendam bisa diarahkan keperilaku positive bila dendamnya diwujudkan dalam berkarya untuk tujuan yang berguna bagi orang lain dan orang banyak, dendam sebagai ajang pembuktian diri secara positive. Tetapi akan menjadi sangat mengerikan bila diarahkan ke pola pikir negative, maka bila diumpamakan dendam ini adalah api dan diri kita adalah kayu dan bahan bakarnya, hingga suatu saat akan membakar habis diri kita sendiri. Mengapa demikian?, sebab dengan dendam yang negative, maka kita akan selalu mencari kesalahan orang lain yang kita anggap menjatuhkan kita, apapun alasannya, pokoknya orang itu selalu salah saja disetiap perbuatan yang dilakukannya, oleh karena itu hancurkan saja, tidak ada satupun dari dirinya yang baik walaupun sedikit saja!. Dan kita akan selalu mengasumsikan setiap kesalahan yang terjadi adalah karena dia, dan semua masalah yang timbul adalah karena dia, oleh karena itu, kalau saya hancur, maka dia juga harus hancur!. Dendam tidak hanya disebabkan oleh satu faktor, tetapi banyak faktor lainnya, seperti agama, kekayaan, perkataan, buruk, kalah prestasi, kalah berdiskusi dan lain-lainnya yang belum saya sebutkan diatas. 16. Berdasarkan Kesehatan, apapun hal yang mengarah ke hal-hal yang membuat seseorang sakit maka akan dihindarinya, baik secara lingkungan, secara makanan, secara minuman, baik sakit yang terinduksi secara tubuh ataupun secara pikiran. 17. Berdasarkan Survival, ada kalanya kita semua disudutkan dengan realita untuk bertahan hidup, seperti mau tidak mau harus melawan seseorang yang ingin membunuh kita dengan alasan apapun. Yang ada cuma pilihan dia yang mati ataukah saya yang mati. Tetapi saya tekankan disini, hal ini muncul karena survival atau bertahan hidup dari serangan, hingga kata yang selalu digunakan adalah kata “mempertahankan diri”. Kata mempertahankan diri untuk bertahan hidup sangat berbeda dengan membunuh dengan sengaja apalagi hobby membunuh. Pilihan ini muncul karena terdesak dan diserang oleh orang lain ataupun sesuatu yang ingin membunuh kita, maka keinginan untuk bertahan hidup muncul dengan kuat. Mempertahankan diri bukanlah kejahatan, tetapi yang paling penting dari itu semua adalah kita tidak bermaksud membunuh lawan kita, sebab kalau bisa, hanya melumpuhkan saja dan setelah itu selesai sudah, tetapi terkadang, dalam keadaan panik, tentu saja apa yang kita lakukan kadang-kadang diluar dugaan, ada tenaga yang luar biasa muncul saat keinginan untuk bertahan hidup begitu besar. Oleh karena itu, belajar bela diri adalah faktor yang sangat bagus untuk melatih diri kita agar mampu mengatasi hal-hal diluar dugaan yang akan mengancam keselamatan kita dalam situasi apapun, oleh karena itu, penulis sarankan bagi pembaca untuk belajar beladiri, salah satu beladiri yang bagus adalah Aikido, selama mampu menghindar, maka para Aikidoka tidak bakalan pernah menyerang!. 18. Show Off, atau memamerkan apa yang mereka punya, baik kepunyaan Materi ataupun Non Materi, seperti Skill, Kepandaian, dan lain-lainya yang relevan. Untuk yang ini, sepertinya, kita kena semua. Misalnya, yang punya Mobil, memamerkan mobilnya, kalau bisa dari merk yang mahal ataupun merk yang murah, semuanya punya. Yang berpendidikan tinggi, memamerkan pendidikannya, mulai dari yang rendah sampai yang bergelar Master dan Doctor kalau bisa Profesor. Yang seniman memamerkan karyanya, baik yang secara desain maupun yang murni menonjolkan sense of art-nya. Yang Miskin memamerkan kemiskinannya, agar bisa hidup lebih nyaman dengan bantuan orang lain, tanpa berusaha memulai mengubah hidup dari dirinya sendiri. Yang bodoh, memamerkan kebodohannya. Dan uniknya, tidak mau belajar memperbaiki dirinya. Yang pejabat, memamerkan jabatannya (dalam bisnis) yang berpangkat, memamerkan kepangkatannya (dalam militer). Saya yang menulis, memamerkan tulisannya Yang agamis, memamerkan keimanan & ketaqwaannya Yang philosopher, memamerkan filosophy-nya Yang atheist, memamerkan kemanusiaannya Tuhan (bila ada), memamerkan ….. 19. Criminal Minds: orang yang cenderung terdorong melakukan kejahatan dalam pikirannya, lalu melakukannya karena terdorong oleh suatu kekurangan atau kelebihan yang sangat kuat dalam dirinya, hingga untuk memenuhi kebutuhan itu, diambil jalan yang sangat singkat yaitu dengan mengambil harta dan nyawa orang lain dalam memenuhi cita-citanya. Contoh, orang yang sangat terdesak karena kekurangan ekonomi, orang tersebut cenderung untuk tidak meminta bantuan orang lain, hal ini terjadi karena biasanya orang seperti ini cenderung punya prestige tinggi, karena malu misalnya, hingga lebih baik mencuri daripada meminta bantuan, pada saat mencuri dengan asumsi tidak akan diketahui oleh orang lain, mendadak terpergok. Maka orang ini semakin malu hingga keputusannya adalah dengan menghilangkan jejak bahwa dirinya bukanlah pencuri, maka akan timbul pikiran kriminal lainnya untuk mencari solusi yaitu dengan jalan membunuh orang tersebut agar hilang saksinya. hal ini akan semakin meningkat dan meningkat lagi (escalates) hingga kemungkinan besar menjadi kebiasaan dan menjadi serentetan kejadian yang berulang (berseri). Contoh lainnya, orang yang kelebihan nafsu sex-nya atau hypersex, lalu dengan logika idola pada seseorang, maka orang tersebut cenderung juga melakukan teror pada orang yang disukainya, bahkan sukanya cenderung membahayakan orang yang dicintai tersebut karena kecemburuan yang tinggi, yang mungkin akan membawa kematian bagi orang yang disukainya tersebut. 20. Hobby. Melakukan sesuatu berdasarkan kesukaan untuk relaksasi, kesukaan berbeda dengan kasih ataupun cinta, kesukaan yang berlebihan disebut dengan nama kecanduan. 21. Level of Knowledge & Wisdom (tingkatan ilmu pengetahuan & kebijaksanaan). Tentu saja tidak semua ilmu bisa kita pelajari, tetapi apa yang bisa kita pelajari dan kita ahli di dalamnya, tentu keilmuan kita saat memulainya dari tidak bisa menjadi bisa, hingga levelnya tinggi sekali, untuk level sempurna ini sepertinya tidak akan pernah ada batasnya. Oleh karena itulah kita belajar dengan tekun, mulai dari melakukannya, lalu menemukan solusi dari permasalahan, hingga berteori dan perspektif prediksi kemasa depan seperti apa, bahkan kemungkinan terjadinya penemuan baru, hal itu dapat kita lakukan bila terus belajar, melaksanakan apa yang kita ahli dibidangnya, sharing dengan sesama orang yang punya basic ilmu pengetahuan yang sama dan selalu open mind untuk mencari solusi pada permasalahan yang ada. Sebab ada kalanya orang berdiskusi, tetapi kita belum tahu ilmu pengetahuan tersebut, malah jadinya mempermalukan diri sendiri dan sok tahu, ada baiknya mendengarkan dan menyerap ilmu pengetahuan tadi. Dari dasar-dasar alasan (logical base) sebagai argumentasi yang ada tersebut, maka bisa ditarik kesimpulan lebih cenderung kemanakah seseorang menggunakan logikanya dalam berdiskusi?. Jangan bingung antara Landasan Alasan Logika (Logical Base) dan tehnik logika (Logical Techniques) seperti Rhetoric, Boolean, Presupposition, Validity, Thesis, Antithesis, Synthesis dan lain-lainnya yang belum saya sebutkan. Dan juga jangan bingung dengan Law of Thought (Hukum Pikiran) atau lebih sering juga disebut dengan Classic Logical Rules (Hukum Logika Klasik) seperti: Law of identity, Law of noncontradiction, dan Law of excluded middle itu semua adalah hal yang berbeda dengan Logical Base. Ada banyak Landasan Logika (Logical Base) yang tidak bakalan bertemu jika seseorang berdiskusi memecahkan masalah bila alasan logikanya berbeda. Sebagai contoh, diasumsikan, seseorang yang logikanya berdasarkan Religi tidak bakalan bisa mendapatkan kesepakatan bila lawan diskusinya adalah seseorang yang berdasarkan Analisa-Sains ataupun yang berdasarkan Art & Design. Tetapi ada juga yang mengkombinasikan beberapa Landasan Logika (Logical Base) yang saya sebutkan diatas menjadi satu gabungan (synthesis) tetapi yang juga tidak toleran pada gabungan landasan logika yang lainnya. Terkecuali salah satunya mulai membuka alasan pola pikir logikanya dan mulai memahami lawan diskusinya serta benar-benar mau mencari solusi yang diinginkan. Satu hal yang paling ditekankan adalah, “Diskusi untuk mencari solusi, bukan untuk mengalahkan lawan diskusi, agar tidak memalukan diri sendiri karena kalah dengan argumen orang lain”, atau kalimat lebih sederhananya “Serang idenya, bukan serang orangnya”. Lalu siapa yang menentukan sah dan tidaknya hasil dari diskusi yang dilakukan itu?, itu kembali kepada basic logika (Logical Base) tiap orang yang telah saya tuliskan, bila logika anda mengatakan bahwa hal itu sah, maka sah-lah dia, tetapi bila dikonfirmasikan ke orang lain lagi yang belum tentu basic logikanya sama, maka itu akan jadi benturan walaupun diri kita sudah mengatakan sah, oleh karena itu solusinya adalah membuka pikirannya untuk menemukan solusi. Bila tetap ber-basic seperti yang dia inginkan dan tidak terbuka, maka solusi itu tidak bakalan ada, titik disini adalah basic logika tersebut untuk didisikusikan mencari solusi, tetapi bukan didebatkan yang tanpa solusi, yang disebut dengan nama debat kusir, karena tidak mau keluar dari pola pikir yang ada (out of the box). Dan untuk bisa keluar dari pola pikir basic logikanya (out of the box) itu merupakan tantangan untuk pikiran kita tersendiri. Mampukah kita?. Dan biasanya logika akan mengarah untuk mencari titik bahwa tuhan ada atau tidak ada, itu juga masuk ke exist atau tidak exist, cuma masalahnya bila si pengikut religi itu merasa tuhan ada tanpa didukung bukti apapun dan merasa itu suatu logika, maka itulah logikanya dia, dan itu mutlak adanya. Tetapi benarkah secara exist ada?, nanti dulu, sebab Tuhan ada atau tidak ada kita belum pernah tahu?, ada hal-hal yang tetap floating (ngambang) tanpa jawaban, dan itu realita (^_^). Ada yang menerima itu ada, ada yang menerima itu tidak ada, ada yang mulai melepaskan dan tidak lagi dipusingkan dengan berpikir “Buat apa dipikirkan ada atau tidak, yang penting yang ada saja kita perbaiki & doing the best untuk semuanya”. Dan disisi lain, apa yang terjadi bila seseorang memegang teguh bahwa “Yang memenangkan diskusi adalah orang yang cerdas?”. Maka dirinya akan cenderung mencari kesalahan dan kekurangan orang lain, karena diskusinya cenderung menyerang pribadi (character atau personality) lawan diskusinya untuk mencapai kemenangan agar dianggap cerdas, padahal belum tentu. Hingga bila dia kalah berdiskusi, akan selalu mencari jalan lain untuk mencapai kemenangan itu, misalnya memfitnah, menghasut dan menggunakan berbagai cara apapun agar dirinya menang dalam diskusi, termasuk mempermalukan dan menyerang kepribadian lawan diskusi walaupun sudah tidak relevan lagi untuk mencari solusi dari permasalahan yang didiskusikan tersebut. Adakalanya saat setelah memberikan alasan dan orang lain yang diajak diskusi belum berubah pola pikirnya dan belum bisa keluar dari pola pikirnya yang lama (out of the box), maka biarkan saja, yang penting kita sudah memberikan jawaban. Ada pepatah lama yang mengatakan “Orang bijak tahu saatnya berhenti”, dan bisa diterapkan dalam berdiskusi, bila memang kita tidak tahu apa yang kita diskusikan, maka ada baiknya jangan sok tahu, oleh karena itu sebaiknya berhenti. Mengapa?, sebab kalau kita tidak bisa “mendefinisikan sesuatu”, maka kita tidak akan bisa menyelesaikan dan memberi solusi untuk masalah atau sesuatu yang sedang dibahas itu. Tetapi ada pepatah lama juga yang mengatakan “Orang bijak tahu saatnya bermain”, maksudnya, bila kita sudah tahu dan ingin mengajarkan ilmu pengetahuan tertentu dan berdiskusi dengan orang yang belum tahu, maka kita bisa membuat diskusi lebih membuat penasaran dan kadang terkesan menjengkelkan bagi lawan diskusinya. Bagaimana bila menggabungkan kedua pepatah tadi menjadi satu?, hingga menjadi “Orang bijak tahu saatnya bermain dan tahu saatnya berhenti”. Tapi yang perlu diperhatikan adalah sebagian besar mengarah ke komunitas (Community-Communism), sebagian besar lagi ke Individualitas dan sedikit sekali ke Unconditional Love (Care to Others-Humanity). Apakah sosialisme sama dengan care to others?, tidak, sosialisme bisa juga dari sisi religius, seperti amal, amal sosial untuk yang lain tetapi dengan pengharapan mendapat surga. Sedangkan Care to Others, membantu yang lainnya benar-benar tanpa pamrih apapun, benar-benar menolong tanpa meminta balasan apapun. Manusia adalah mahluk yang cenderung komunitas, bukan mahluk yang cenderung sosialis. Manusia cenderung untuk berkerumun mencari teman, atau berkomunitas pada hal-hal yang sedikit atau banyak persamaannya. Tujuan kita adalah memperbanyak yang ke Care to Others baik secara komunitas maupun Individualitas. Copyright 2005 - now,  angel.michael@rocketmail.com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun