Kemudian guru saya berkata, tidak seperti jaman sekarang yang rasa nasionalisme rakyat Indonesia yang sudah mulai menghilang dengan adanya budaya asing yang masuk dengan bebasnya. Sebenarnya kita nonton film barat tanpa disadari apa yang kita tonton akan 'terekam' dialam bawah sadar kita yang tentu saja tidak kita sadari. "Coba saja kamu tulis di depan sekolah 1 kalimat singkat yang berbau agama" kata guru saya, dengan itu saja kita bisa hancur dengan perselisihan (kurang lebih itu yang dikatakan guru saya). Guru saya juga bercerita tentang bagaimana pengalamn beliau ketika masih kuliah dan melihat semua alkitab di salah satu perpusatkaan Jakarta, dicorat-coret dengan kata-kata yang tidak pantas, dan semacam itu.
Dari intermezo yang dilakukan guru saya sejenak saat itu, membuat saya berpikir akan keadaan rasa persaudaraan di Indonesia ini yang semakin rentan, yaa bisa dibilang layaknya batu yang terkikis air dimana semakin lama semakin menipis dan bisa habis batu itu.
Di sini saya hanya ingin mengatakan kepada para pembaca terutama kaum muda dimana kita sebagai penerus bangsa Indonesia ini untuk meluhurkan kembali nilai toleransi dan rasa persaudaraan kita. Pendahulu kita susah payah memberika rasa damai dari penjajah demi kehidupan yang lebih baik bagi anak cucu dimana itu kita sendiri. Jangan membuat amarah kita menjadi rapuh dan bisa di ombang-ambingkan oleh hal yang bisa memecah rasa nasionalisme kita sebagai bangsa Indonesia yang memperjuangkan kemerdakaan kita sendiri. Kita adalah bangsa yang luhur yaa bangsa Indonesia yang harus kita pertahankan keutuhannya terutama bagi para kaum muda, sang penerus.