28 Desember 2012 04:31Diperbarui: 24 Juni 2015 18:552570
Dalam kehidupan kita, fashion memang tidak pernah bisa lepas maupun dilepaskan. Manusia membutuhkan pakaian untuk melindungi bagian-bagian tubuhnya terutama bagisan tubuh yang vital. Fashion erat kaitannya dengan tren-tren yang semakin hari semakin beragam. Banyak tren-tren fashion baru yang secara cepat masuk ke Indonesia. Tren-tren fashion masyarakat Indonesia tidak hanya berasal dari Indonesia sendiri saja, tetapi juga banyak dipengaruhi oleh beberapa tren dari negara-negara diluar Indonesia, seperti Eropa, Amerika dan negara-negara lainnya. Banyak tren fashion Indonesia yang berkiblat pada tren fashion negara-negara barat. Mungkin bagi masyarakat Indonesia tren fashion negara-negara barat jauh lebih baik daripada tren dari negaranya sendiri walaupun ada beberapa fashion negara-negara barat yang tidak sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia yang menganut budaya-budaya timur. Contoh tren fashion negara barat yang tidak sesuai dengan budaya timur adalah pakaian wanita disana lebih banyak yang terbuka dan memperlihatkan bagian-bagian tubuhnya. Padahal dalam budaya timur khususnya untuk penganut agama Islam, berpakaian seperti yang dicontohkan diatas sama saja dengan mengumbar aurat. Namun pada kenyataannya banyak orang-orang Indonesia yang menyukai fashion dari negara-negara barat terutama beberapa artis Indonesia. Mereka bahkan rela mengeluarkan biaya fantastis untuk membeli pakaian yang dirancang dan dijual di butik artis-artis mancanegara. Terlepas dari itu semua, masyarakat Indonesia khususnya yang saya ketahui yaitu Kota Yogyakarta, beberapa tahun terakhir ini sedang gemar membeli pakaian-pakaian import atau yang didatangkan dari luar negeri. Bukan seperti para artis yang membeli pakaian baru import dengan harga fantastis, tetapi masyarakat lebih memilih membeli pakaian-pakaian bekas atau setengah pakai yang juga didatangkan dari luar negeri atau masyarakat Jogja lebih suka menyebutnya dengan sebutan “Ngawul”. Sebutan itu muncul karena biasanya pakaian-pakaian bekas yang dijual tidak ditata dengan rapi atau hanya ditumpuk diatas meja yang sangat besar. Masyarakat Jogja mengatakan bahwa tumpukan tersebut “awul-awulan”. Dari situlah sebutan “Ngawul” berasal.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.