[caption id="attachment_245869" align="alignleft" width="300" caption="Lontarak "Akkarungeng" dan buku "Malaysia Kita" "][/caption]
POSTINGAN adik saya Mariska Lubis
"Indonesia–Malaysia: Siapa yang Bodoh, Dibodohi, dan Membodohi?!" mendorong saya merasa perlu untuk ikut nimbrung. Saya sengaja tidak menguraikan melalui komentar di postingan tersebut karena saya pikir agak panjang, sehingga lebih baik melalui tulisan tersendiri. Dalam postingannya, Mbak Mariska menulis tentang penemuan yang dilakukan oleh para ahli sejarah yang disewa sendiri oleh salah seorang Raja Selangor yang ingin mengetahui silsilah keluarganya karena dia sebegitu yakinnya bahwa dia adalah turunan raja-raja yang hebat, hingga kemudian diketahui dan dipastikan bahwa dia ternyata turunan seorang pelaut miskin asal Bugis yang merantau ke sana. Terus terang, tulisan itu membuat saya terperangah. Namun saya tak hendak mengatakan tulisan itu tidak benar atau sebaliknya. Saya terperangah karena berbeda yang saya ketahui selama ini. Mungkin saja, apa yang saya ketahui selama ini itu salah. Tapi mungkin pula sebaliknya.
Wallahua'lam. Terkait dengan itu, saya mencoba menguraikan apa yang saya ketahui. Kebetulan pernah baca buku "Malaysia Kita". Buku ini adalah buku sejarah resmi Negara Malaysia. Dalam buku itu disebutkan, Kerajaan Selangor merupakan kerajaan terakhir yang muncul pada abad 18 dan diasaskan oleh Bugis di mana Raja Lumu yang menjadi Sultan Selangor yang pertama dengan gelaran Sultan Salehuddin Syah. Dalam silsilahnya disebutkan bahwa Raja Lumu ini adalah anak dari Daeng Celak (Opu Daeng Cella). (lihat
Daulat Tuanku, Malaysia Itu Berasal dari Bugis, Jadi….!) Dalam kaitannya dengan silsilah di atas, hal ini telah sejalan dengan hasil Seminar Penelusuran Kerabat Raja Bugis, Sulsel dengan raja-raja Johor-Riau-Selangor, Malaysia, yang menyebutkan jika Opu Daeng Celak adalah putra hasil perkawinan Opu Wetenriborong Daeng Rilekke dengan Opu Daeng Kemboja. Wetenriborong adalah putra dari Lamaddussila Karang Tanete, yang merupakan putra dari Wetenrileleang, Raja Luwu ke 26 dan 28. (
lihat Raja-Raja di Malaysia berdarah Bugis) Hasil seminar ini juga sejalan dengan Tuhfat al-Nafis, Sejarah Melayu dan Bugis, karangan Raja Ali Al Haji Riau yang diuraikan kembali oleh Prof.Em.Mr.Dr.Andi Zainal Abidin Farid dalam "Menyingkap Tabir Asal-usul Raja-Raja Keturunan Luwu dan Bugis di Simenanjung". Juga sama dengan Lontara Akkarungeng, serta silsilah Raja-Raja Sulawesi Selatan yang dimiliki oleh penulis
(lihat gambar). Saat ini, pemangku Kerajaan Selangor adalah turunan dari Kerjaan Luwu, Sulsel. Merujuk Lontara versi Luwu` di museum Batara Guru di Palopo dan kitab Negarakertagama, menyebutkan tradisi `raja-raja Luwu` ada sejak abad ke-9 masehi dan seluruh masa pemerintahan kerajaan Luwu terdapat 38 raja. Raja yang ke-26 dan ke-28 adalah Wetenrileleang berputrakan La Maddusila Karaeng Tanete, yang kemudian berputrikan Opu Wetenriborong Daeng Rilekke` yang kemudian bersuamikan Opu Daeng Kemboja. Dari hasil perkawinannya itu lahir lima orang putra, masing-masing Opu Daeng Parani, Opu Daeng Marewah, Opu Daeng Cella`, Opu Daeng Manambong dan Opu Daeng Kamase. Menurut hasil penelusuran sejarah, putra-putra inilah yang kemudian merantau ke Selangor dan menjadi cikal bakal keturunan raja-raja di Malaysia hingga saat ini. [caption id="" align="aligncenter" width="604" caption="Penulis narsis dengan latarbelakang Istana Raja Selangor"][/caption]
KEMBALI KE ARTIKEL