Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Senjata Pemusnah Massal Raja Cikeas (HRC-06)

27 Agustus 2010   02:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:40 490 0
[caption id="" align="alignright" width="384" caption="ilustrasi diunduh dari Om Google"][/caption] RAJA Cikeas duduk dengan santainya di singgasana. Sembari memetik gitar, Paduka seolah mengabaikan kegelisahan para punggawa istana, juga kemarahan rakyat yang mendesak supaya Raja menyatakan perang. Padahal aspirasi sudah mengalir.  "Paduka harus mengambil sikap. Ini persoalan kedaulatan kita sebagai bangsa. Negeri jiran sudah menginjak-injak harkat dan martabat kita." Mendengar masukan itu, Raja malah terkekeh-kekeh. "Untuk apa? Negeri jiran itu bukan kelas kita. Ia bukanlah ancaman serius!" "Tapi Paduka, sejumlah bukti menunjukkan jika negeri jiran telah memasuki wilayah kita. Hutan-hutan kita di perbatasan dibabat. Juga laut kita dijadikan tempat penangkapan ikan. Lalu Apakah semua ini bukan ancaman?" Raja malah semakin ngakak. "Untuk sementara biarkan saja dulu. Sikap kita sebagai bangsa akan ditentukan setelah percobaan senjata pemusnah massal selesai." Para punggawa istana makin terheran-heran dengan pernyataan sang Raja. Mereka pun saling menatap kebingungan. "Senjata pemusnah massal apa itu Paduka?" Raja tersenyum. "Bodoh! Apakah engkau tidak menyadari jika selama ini saya telah melakukan sejumlah percobaan senjata pemusnah massal yang saya kirim melalui dapur rakyat?" [caption id="" align="aligncenter" width="569" caption="Ilustrasi: Dok. HRC"][/caption] Salam dapur rakyat,

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun