Awalnya, saya tertarik dengan perkumpulan ini karena disebutkan sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang sosial, budaya, dan lingkungan dengan anak sebagai fokus utama. Adapun tujuannya adalah mewujudkan masyarakat yang berpikir dan bertindak benar (lengkapnya di SINI).
Ketika memutuskan bergabung dengan Perkumpulan Seribu Tangan Cinta (P-STC), saya membayangkan begitu mulianya hati teman-teman yang tergabung dalam wadah yang mengatasnamakan cinta ini. Mereka rela meluangkan waktu untuk memikirkan sebuah masa depan anak yang lebih baik. Akan tetapi, kenyataan hari ini ternyata tak seindah yang saya bayangkan.
Beberapa waktu lalu, sejumlah teman kompasianer yang menjadi penggagas P-STC mengajak saya agar mencalonkan diri sebagai koordinator. Saya sudah menjelaskan bahwa saya tidak bersedia. Ada beberapa alasan, yang tentu saja bukan lantaran orang Bugis belum saatnya memimpin (P-STC) seperti yang dialami Andi Mallarangeng di Partai Demokrat. Namun karena disebutkan bahwa keberadaan saya meramaikan pencalonan akan memacu semangat teman-teman, maka saya pun bersedia. Dengan catatan, bahwa apabila dalam proses pencalonan ini ada figur yang oleh "roh" STC dianggap mampu untuk menjalankan amanah organisasi, maka saya akan mundur. Artinya tugas saya sudah selesai.
Akan tetapi, ketika proses ini sementara berjalan, kenyataannya satu persatu SC justru mundur. Ada apa semua ini? Adakah semua ini lantaran saya mencalonkann diri? Atau ada faktor "X" lainnya?