Berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, hasil pengumuman UNAS selalu membawa kisah tersendiri bagi sekolah, siswa maupun guru dan orang tua. Semuanya harap-harap cemas. Seolah-olah hasil UNAS tahun ini merupakan tolak ukur bagi keberhasilan pembelajaran di sekolah itu. Kita semua tahu bahwa dalam menghadapi UNAS, sekolah sudah melakukan berbagai macam cara dan metode untuk meningkatkan capaian nilai UNAS. Mulai dari membentuk Tim Sukses, Menambah jam belajar di sekolah, out bound, doa bersama, serta cara-cara lain yang meskipun kadang tidak bisa dinalar dengan akal sehat pun akan dilakukan demi keberhasilan UNAS di sekolahnya.
Semua energi civitas sekolah mulai dari Kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua, bahkan sampai security di sekolah, dikondisikan sedemikian rupa demi suksesnya ujian siswa. Hal ini dilakukan disamping demi menjaga gengsi /"martabat" sekolah, juga untuk menjaga citra pimpinan sekolah dihadapan pimpinan sekolah yang lain, pada saat rapat kelulusan di tingkat kabupaten/kota. Sekolah yang disebut terus menerus oleh Kepala Dinas Pendidikan setempat, baik untuk capaian nilai individu ataupun rata-rata sekolah, akan merasa punya "muka". begitu pula sebaliknya.  Dan yang paling penting, sang pimpinan sekolah akan selalu bisa menjaga nama baiknya di depan kepala dinas.
Bagi sebagian daerah, nilai UNAS, merupakan tolak ukur keberhasilan pendidikan di daerah tersebut. Walikota/Bupati akan bangga jika ada beberapa siswa atau sekolah di daerahnya yang mencatatkan dirinya di jajaran best ten nasional. Dan hasil baik tersebut, bagi kepala dinas pendidikan merupakan garansi untuk tetap terus di kursi kepemimpinannya. Akan tetapi, bagi daerah yang sekolahnya tidak satupun masuk jajaran best ten baik baik di tingkat provensi maupun nasional akan selalu mencari kambing hitam. kasihan sebenarnya kambing hitam itu. Padahal kambing hitam sekarang sedang langka di pasaran karena sedang dalam perawatan spa menjelang Idul Qurban, sorry ngelantur.
Apa saja biasanya yang dijadikan kambing hitam bagi kegagalan suatu daerah pada hasil UNAS. sebelum membahas itu, mari kita lihat dan baca lagi berita yang akan banyak beredar di media lokal terkait hal ini. di media itu akan saling adu argumen antara DPRD (yang mengatasnakan rakyat) dengan Dinas Pendidikan setempat. DPRD melalui komisi yang membidangi pendidikan akan mengkritisi hasil UNAS, dan menyalahkan kinerja Dinas Pendidikan (pemerintah daerah/kota)Â dan jajarannya kurang maksimal dalam mempersiapkan UNAS. Nah, seakan tidak mau disalahkan begitu saja, pihak dinas pendidikan akan selalu mengatakan hal yang "klise" yaitu; "kami sudah berusaha maksimal dan hasil try out pun sudah bagus tapi kami tidak memprediksi hasil UNAS akan seperti ini. Dan kami tetap bangga dengan hasil ini karena kami melakukan kecurangan untuk mendongkrak nilai".