Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Mengharap Untung dalam Acara Hajatan

12 Maret 2014   05:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:02 555 12
Budaya atau tradisi yang ada di masyarakat Indonesia yang di dalamnya ada adat istiadat , mengenal acara Hajatan atau Kondangan. Tentu yang saya maksudkan adalah Hajatan kawinan atau Resepsi pernikahan. dan dalam acara tersebut pastilah kita juga paham tentang sumbangan. Nah, inilah yang akan saya bahas. . Entah sejak kapan di mulainya ada istilah sumbangan ini. mungkin sejak moyang tradisi sumbang menyumbang ini sudah ada. kalau di daerah pelosok pedesaan biasanya bila ada yang mempunyai acara hajatan , orang sekampung akan memberi sumbangan dalam bentuk materi. misal di sumbang berupa beras, gula teh, makanan ringan semisal rengginang, sampai pisang pun ada. sedangkan di daerah perkotaan yang relatif cukup besar seingat saya dulu bila ada yang kawinan , maka akan di sumbang berupa kado. yang isinya bermacam-macam. . Asyiknya bila sesudah acara hajatan selesai maka bagi orang kampung maka tentu saja di dalam rumah akan penuh barang sumbangan . beras dan gula yang bersisa bisa berkarung lebih. dan untuk yang punya hajat di kota bila acara selesai, acara buka kado adalah yang paling seru. kamar pengantin penuh dengan barang- barang. di keduanya tentu di catat siapa penyumbangnya. agar supaya kelak bila si penyumbang punya hajat maka akan gantian di sumbang. . Itu dulu, beberapa dekade yang lampau. sekarang di gantikan dengan budaya sumbangan berupa uang. entah sejak kapan ini di mulai. baik di pedesaan atau perkotaan saat ini semua tidak ada lagi yang namanya menyumbang beras atau kado. sudah di ganti dengan jumlah uang tertentu yang biasanya seperti di "sepakati" daerah masing-masing. . Sepengetahuan saya sumbangan berupa uang ini awalnya di cantumkan dalam undangan. dengan jelas di tuliskan " mohon tidak memberikan sumbangan berupa kado". yang akhirnya sumbangan dalam bentuk inilah yang sampai saat ini di pakai oleh rata-rata masyarakat kita. . istilah untung rugi . Uniknya begitu bentuk sumbangan itu terganti muncul lagi istilah "untung -rugi" dalam penyelenggaraan hajatan. lho, koq aneh? kenapa bisa begitu? makanya inilah yang menarik untuk di cermati. . Terus terang secara pribadi penulis kurang setuju dengan istilah ini. pasalnya sebuah acara hajatan apalagi pernikahan adalah termasuk acara suka cita. acara senang senang dan ingin di rayakan bersama tamu undangan . meski acara happy namun juga bukan seperti membuat pertunjukan konser yang jelas menjual tiket . sebab dalam hajatan nikahan , mengundang tamu untuk datang (dan bila datang ) sudah bersyukur. kewajiban menjamu tamu undangan sudah semestinya. . Jadi tidaklah benar bila tolok ukur keberhasilan acara hajatan di nilai dengan sumbangan yang banyak. untung berapa? ...Wah, ini acara syukuran atau apa ?  seharusnya acara bisa di gelar, di hadiri oleh teman , sanak saudara, handai taulan  saja sudah beruntung. tidak ada ruginya . . Bila ada yang mau memberi sumbangan dalam bentuk uang ya silahkan , kalau bisanya cuma kado ya OK, atau bila mau menyumbang beras /gula atau tenaga sekalipun juga nggak masalah bukan ? jangan sampai menjadi beban bagi yang di undang. bagaimana bila yang di undang tidak mampu? mungkin bisa nya memberi sumbangan hanya Rp 20.000,- sedangkan rata-rata daerah itu menyumbang dengan lima puluh ribu , masa harus ngutang ? . Kalau saya sih, sekalian akan saya tuliskan "tidak menerima sumbangan dalam bentuk apapun". sebab saya lebih menghargai kehadiran tamu saya daripada sekedar sumbangan . . Salam BS, 20140311 image : nagoro.wordpress

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun