Di suatu saat, pernahkah saya sebagai orang jahat? Jika menimbang ukuran kejahatan, mungkin saya tidak sejahat mereka yang pernah membunuh atau memoperkosa. Tetapi dihadapan Tuhan sikap benci, marah, iri, dengki, korupsi, berbohong, dan banyak perkara "kecil" lainnya, semuanya itu menjadi bagian dosa yang tak layak dihadapan Tuhan.
"Mati kau", menjadi keputusan terakhir kah? "Semoga neraka menjadi bagianmu", menjadi doa pamungkas kah? "Aku kan bukan malaikat, bukan pula Tuhan. Manusiawi jika saya dendam dan menghukum mereka yang telah berbuat jahat."
Tidak mudah dan "tidak mungkin" untuk membuka ruang ampun bagi mereka? Ya, saya pikir sangat tidak mudah tetapi "mungkin" untuk memberikan maaf. Kasih manusiawi kita memang tak mampu. Kasih manusiawi kita selalu toleransi dengan luka batin. Karena itulah kasih manusiawi kita hanya mampu memberi maaf kepada perkara-perkara kecil tetapi akan sangat lumrah untuk membenci dan menghukum mereka yang telah mengiris luka dalam di hati.
Persoalan baru dan sangat menyakitkan adalah ketika membangun dendam dan amarah di dalam diri sendiri. Dendam dan amarah serta manifestasi luka batin lainnya lambat laun bisa menghancurkan diri sendiri. Persoalan baru ini tentu tidak mudah untuk diselesaikan. Karena itu ada saatnya kita memberi ruang penghukuman kepada penegak hukum atau kepada Tuhan. Sangat tidak mudah untuk merelakan hati membuang dendam dan amarah, apalagi memberi ampun bagi mereka. Tetapi, jika seandainya hati bisa dibebaskan dari amarah dan dendam kemudian memberikan pengampunan, kasih Ilahi telah menjadi bagian diri. Karena kasih Ilahi adalah kasih untuk semua orang.
Mengasihi orang yang telah berbuat jahat, mungkinkah? Bagaimana memulainya??