Aku bangun dan langsung mandi dan sholat Subuh. Karena menganggap ini acara besar maka aku berpikir harus spesial. Aku mencukur kumisku dan menyetrika pakaian yang akan kupakai. Padahal untuk ke kantor aku jarang memakai pakaian yang disetrika.
Tidak sempat makan dan masih dalam hujan. Aku berangkat Karen takut terlambat. Untung ada tetanggaku yang mau keluar. Aku pun menumpang dengan dia dari Lampineueng ke simpang BPKP. Sampai di simpang BPKP aku turun di sebuah toko yang belum dibuka. Aku menunggu labi-labi, oplet dalam bahasa Aceh, di situ. Aku naik oplet ke Simpang Lima karena katanya disediakan bus dari Simpang Lima ke hotel Pade. Namun sesampai di sana dan masih dalam keadaan gerimis rupanya tak ada lagi atau memang tak ada.
Akhirnya aku putuskan naik labi-labi. Karena takut terlambat maka aku naik labi-labi kea rah Mata Ie dan akan menyambung lagi di Ketapang ke arah Lampeuneuret tempat hotel Pade berada. Namun, apa lacur sesampai di Ketapang sulit sekali menunggu labi-labi ke arah Hotel Pade. Akhirnya, aku berpikir daripada terlambat dan kehilangan momen terbesar dalam hidupku maka aku putuskan untuk naik becak. Aku sudah bertanya-tanya ongkosnya biasa lima ribu.
Akhirnya aku naik becak dan bayar delapan ribu. Apa boleh buat. Kau tak bisa membunuh keinginanku untuk iku Kompasiana Blog Shop,. Pak Tukang becak!