Mungkin level atas manajemen parkir sudah demikian sering membaca keluhan sejenis, lebih memilih diam mungkin jadi alternatif favorit seolah biarkanlah menggonggong sementara pemasukan lancar mengalir. Lahan mal diatas tadi menyediakan lahan outdoor hingga 'basement' yang hari itu sudah demikian laris manis menjadi tempat istirahat kendaraan. Buruknya, ruang yang ada seolah dibiarkan tetap terbuka untuk kendaraan mengalir masuk sementara jarak antar kendaraan untuk parkir sudah demikian sempit. Posisi sudah demikian tidak beraturan, roda dua berbaris sejajar justru ditumpuk dengan posisi yang berlawanan saling menutupi. Saran untuk tidak mengunci setang kendaraan meluncur manis dari setiap petugas.
Saat berusaha keluar pun konsumen tidak mendapatkan bantuan sama sekali dan terpaksa memindahkan sendiri dua hingga tiga kendaraan lain yang sudah parkir saling menyilang. Butuh waktu 15-20 menit untuk sukses keluar dari lahan parkir basemen dengan lajur keluar yang juga tumpang tindih dengan lajur masuk. Ketiadaan petugas yang membantu benar-benar membuat lahan parkir jadi kacau. Tidak perlu waktu mengukur profesional sebuah jasa, cukup amati sosok-sosok berseragam apakah mau bergerak atau tidak. Dan siang itu tidak ada yang bergerak dan ber inisiatif. Di lajur pemeriksaan STNK pun tidak ada usaha senyum sama sekali meski keluhan kerap muncul dari para konsumen. Satu lirikan manis terlihat nama di dada "Fuadi M.Nur" yang sedang berjaga. Wajah yang seolah ingin bertutur "harap maklum". Mungkin si petugas belum tahu bahwa konsumen tidak membutuhkan kata harap maklum.
Bisa dikatakan mayoritas jasa parkir di wilayah Jakarta dan sekitarnya masih jauh dari baik, ironisnya manajemen itu sendiri tidak mau ambil pusing melakukan penyelesaian masalah yang rutin mengemuka. Mulai dari keterbatasan ruang, seringnya over kuota kendaraan yang parkir sampai masalah kehilangan barang di dalamnya. Maklum sudah cukup puas dengan aliran keuntungan yang masuk. Penanganan masalah nanti saja di urusnya.