Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Puisi | Bercumbu Rindu dengan Angin

23 April 2020   17:55 Diperbarui: 2 Mei 2020   20:02 213 4
Dengarlah perbincangan nenek kaya yang sombong itu
Sudah tua, lagak, dan tak punya akal sehat
Terkesan dia lebih baik dari ratu londo yang janda itu
Padahal aku tau mana yang punya hati tak punya akal
Begitulah mereka berdua dibandingkan oleh mu sayangku

Masih ingat kapan terakhir kali aku bermesra denganmu
Malam terkahir sebelum aku berjihad di jalan menuju neraka
Tolong jaga emas dan mutiara kita sampai aku pulang
Memang emas terlalu berkilau saat terkena sinar matahari
Tetapi mutiara itu masih sebuah gumpalan jadi lebih perhatikan

Jangan terlalu diambil hati nenek kaya raya itu
Dia terlalu takut untuk kita saingi hartanya
Padahal aku pergi untuk menebus uang dia yang kita pakai
Mereka terlalu munafik berbicara tentang mutiara kita
Jika kita kaya nanti mungkin mereka akan lupa saat ini

Sementara lupakan lah rasa hatimu
Aku diantara jeritan dan pukulan tahun ini
Dan emas serta mutiara kita aku mohon jagalah
Aku akan berjarak dalam waktu untukmu sayangku
Tetapi setiap tidurku selalu menangis rindu kalian di sana

Aku berharap mutiara itu akan mejadi pelengkap takdir hidupku
Aku punya mimpi tak terlalu jauh
Saat mati muda bersandar dalam rinduku padamu
Dan kamu bisa menceritakan perjuangan aku di sini
Menjadi seorang ayah yang mengeluh hanya pada kompas

Bukan aku berharap tiada saat engkau menderita
tetapi di sini aku juga memimpikan dirimu disampingku
Tanpa batasan apapun seperti bercumbu dengan angin
Menghirup aroma tubuhmu saat aku sedang tak sadarkan diri
Menikmati surga anak-anakku yang masih belia

Percayalah aku akan pulang dengan tiupan angin
Angin yang selalu berbisik saat aku hampir mati kelaparan di sini
Aku tetap kuat dan tak akan menyerah kepada orang licik di sini
Karena aku percaya mati ku bukan sekadar jadi bangkai busuk
Tetapi mati ku untuk diceritakan kepada anak-anak ku.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun