Tujuh lebaran sudah berlalu, dan selama itu pula sejak engkau dipanggil keharibaan-Nya, dikau tak lagi bersamaku. Dinda, tahukah kau cucu kita sudah masuk sekolah? Kau tengoklah betapa gagahnya dia dalam seragam sekolah. Dulu dikau mencita-citakannya menjadi seorang pilot. Seringkali kali kau ucapkan begitu, dan semoga saja ketika besar nanti cucu kita ini semakin gagah dengan seragam pilotnya.
Daku hanya bisa membayangkan dikau sedang tersenyum di alam sana, ketika kukabarkan bahwa anak kita yang bungsu telah menemukan jodohnya. Seorang gadis yang cantik sayang, seorang gadis yang berkerudung dan juga seorang hafidzah dinda, sebagaimana yang engkau cita-citakan. Sebagaimana yang sering kita doakan bersama, alhamdulillah.
Banyak yang ingin kusampaikan padamu, banyaaaaak. Dinda, dikau memang tak lagi disampingku. Tapi ketahuilah, aku selalu saja mengingatmu. Apalagi di momen-momen sakral ini, diantara gema takbir ini, airmataku kembali menggenang. Aku rindu sayang, aku rindu. Rindu yang sangat sulit untuk daku gambarkan. Saat-saat yang tak pernah terbayangkan, dikau telah pergi mendahului. Allahuakbar .....!
Jika daku mencoba tersenyum sayang, tidak lain dan tidak bukan untuk mengabarkan bahwa ada lagi kabar bahagia buat kita. Si Akang, ananda kita yang kedua sudah diterima bekerja sebagai ASN di Kabupaten. Dikau pasti kian senang setelah kukabarkan ini, daku membayangkan senyummu, senyum yang selalu kurindukan.