Dalam empat tahun ini, perkembangan sektor ekonomi kreatif di tanah air melesat tajam. Pendekatan pemerintahan Presiden Jokowi yang luwes pada pelaku usaha kreatif telah mendorong pertumbuhan yang signifikan.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf memprediksi nilai ekonomi kreatif terhadap produk domestik bruto (PDB) tahun ini mencapai Rp 1.105 triliun. Angka tersebut menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
Secara rinci, nilai ekonomi kreatif terhadap PDB sebesar Rp. 784,9 triliun pada 2014, tumbuh menjadi Rp 852,56 triliun pada 2015, kemudian meningkat menjadi Rp 922,59 triliun pada 2016. Tahun 2017, nilai ekonomi kreatif mencapai Rp 1.009 triliun. Dan, akan meningkat menjadi Rp 1.211 triliun pada 2019.
Dari perkembangan tersebut terekam ada peningkatan nilai PDB minimal Rp. 100 Triliun tiap tahunnya. Karena itu, tak bisa dipungkiri bila ekonomi kreatif memiliki potensi yang cukup menjanjikan untuk mendukung perekonomian nasional.
Di sisi lain, kontribusi ekspor sektor ekonomi kreatif juga meningkat. Pada 2015, sumbangan devisa dari sektor ini mencapai US$ 19,3 miliar. Tahun berikutnya, kontribusi devisa meningkat menjadi US$ 19,99 miliar dan US$ 21,5 miliar pada 2017.
Tahun ini, pemerintah memproyeksikan kontribusi devisa dari sektor ekonomi kreatif mencapai US$ 22,6 miliar. Melihat perkembangan tersebut, ekonomi kreatif sebagai model ekonomi baru yang berkelanjutan diharapkan dapat menjadi tulang punggung ekonomi di kemudian hari.
Sebagaimana namanya, sektor ekonomi ini sangat bergantung pada ide maupun gagasan kreatif manusia. Proses kreatif inilah yang mendominasi seluruh rantai ekonomi yang tercipta.
Oleh karenanya, bukan sebuah kebetulan bila sebagian besar pelaku usaha ini adalah anak muda. Generasi milenial yang melek teknologi dan penuh dengan gagasan kreatif adalah ujung tombak pelaku usaha di sektor ini.
Diakui atau tidak, tumbuhnya sektor ekonomi kreatif ini dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan teknologi yang memunculkan potensi ekonomi digital, seperti e-commerce, layanan game online, layanan antar makanan serta layanan video digital. Perkembangan tersebut kemudian secara berkelanjutan juga turut mendorong tumbuhnya industri kreatif.
Dengan begitu, dalam konteks Indonesia, sektor ini telah mempertautkan antara industri kreatif dan ekonomi digital. Buktinya, saat ini UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) berbasis industri kreatif dengan mudah meraih pasar dengan dukungan e-commerce, seperti halnya Bukalapak.
Bukalapak hingga saat ini sudah memiliki empat juta pelapak dari seluruh Indonesia. Itu baru 3-4 persen dari ritel Indonesia. Jadi, masih banyak produk Indonesia yang akan bertumbuh.
Tumbuhnya perekonomian berbasis kreativitas ini tak lepas dari peran pemerintah yang terus mendukung dan memfasilitasinya. Seperti diketahui, baru pada masa pemerintahan Presiden Jokowi ini ekonomi kreatif dibuatkan Badan Khusus untuk menanganinya.
Melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015, Presiden Jokowi membentuk Badan Ekonomi Kreatif. Lembaga negara ini bertugas guna memfasilitasi perkembangan industri kreatif di dalam negeri. Melalui program-program badan tersebut, sektor ekonomi kreatif dipacu dan hasilnya sebagaimana yang kita lihat dalam data di atas. Â
Saat ini pemerintah melalui Bekraf juga terus mendorong agar para pelaku UMKM sektor kreatif ini tidak hanya 'puas' sebagai UMKM saja, tapi juga harus menjadi usahawan baru dengan penghasilan miliaran rupiah demi menyejahterakan ekonomi Indonesia.
Untuk mendukung itu, pemerintah akan terus memberikan insentif khusus. Hal utama yang paling penting adalah dengan memberikan 'kelonggaran' para pelaku usaha untuk terus berinovasi. Regulasi akan dibuat sedemikian rupa agar ruang inovasi itu tak terhalangi.
Presiden Jokowi menyadari betul bahwa untuk mendorong kreativitas dibutuhkan sebuah ekosistem yang baik. Karenanya, pemerintah berusaha memperbaiki dan mengurangi regulasi yang berpotensi menghambat perkembangan industri kreatif maupun ekonomi digital.
Di titik ini, dua isi kepala yang sangat kreatif sudah 'ketemu', yakni pemerintah dan pelaku usaha. Mereka sama-sama sadar akan potensi ekonomi kreatif ini dan bertekad akan mendukung satu sama lain untuk terus berkembang.
Menurut Kepala Bekraf Triawan Munaf, saat ini pemerintah juga mendukung berkembangnya akses internet di seluruh pelosok Indonesia dengan menggunakan Palapa Ring. Palapa Ring adalah jaringan optik yang berada di 57 kabupaten/kota  dan wilayah 3 T (terdepan, terluar, dan tertinggal) yang mendukung penetrasi internet di seluruh Indonesia.
"Adanya Palapa Ring, luar biasa terhubungannya antara daerah yang satu dengan yang lain. Diharapkan ke depannya kontribusi ekonomi kreatif yang sekarang ini saja pada PDB sudah setiap tahun sebesar Rp100 triliun, dapat bertambah atau double," ungkapnya.
Ia mengingatkan agar pelaku pasar Indonesia meniru strategi Tiongkok dalam memanfaatkan pasar mereka sendiri. Setelah itu, melakukan ekspansi ke luar negeri.
"Local first and global later," pungkas Triawan.
Perlu disadari, bahwa tak mungkin ekonomi kreatif hari ini bisa berkembang pesat, bila cara pandang pemerintah tak berubah. Dibutuhkan serangkaian kebijakan yang jauh inovatif untuk terus mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif.
Dan untuk ini, Presiden Jokowi sangat cocok dengan gerak langkah anak-anak muda Indonesia yang kreatif itu. Berani, berpikiran terbuka, dan tak takut menjajal inovasi baru.