Korupsi menjadi euphoria bagi masyarakat,termasuk sebagian entitas Akademisi. Korupsi tidak menjadi komoditi eksklusif bagi para pejabat penting negara. Tetapi sebagian Akademisi pun mulai berlomba untuk memperebutkan itu. Mereka terkena efek dari teori domino para pejabat negara. Memang sangat miris mendengar itu semua. Tapi hal ini tidak dapat kita sangkal kenyataannya. Hanya orang-orang munafik saja yang menyangkal.
Sungguh sangat membinggungkan. Korupsi ini apakah memang merupakan budaya negara ini? Penulis pun belum bisa memastikan jawaban yang tepat untuk itu. Budaya,secara umum kita ketahui adalah merupakan hasil dari cipta,rasa,dan karsa dari manusia. Korupsi bisa ditimbulkan oleh suatu cipta dari manusia yang haus akan rasa ingin memiliki harta yang diaktualisasikan dengan karsa manusia. Apakah dengan seperti ini korupsi dapat diartikan budaya?
Sungguh banyak kerumitan yang ditimbulkan Korupsi. Baik dari segi financial maupun pemikiran. Masalah ini dampaknya pun tidak tanggung-tanggung. Kemiskinan,kelaparan,dan kebiadaban semua bisa berasal dari korupsi. Peminatnya pun semakin hari-semakin bertambah. Sebagian Akedemisi pun tertarik. Tak tahu apa yang buat mereka ingin memandikan diri di kubangan busuk yang beracun itu. Padahal mereka itu adalah orang yang cerdas. Tahu mana yang baik dan mana yang benar. Atau jangan-jangan mereka pura-pura tidak tahu.
Wajarlah jika para penerus bangsa ini nanti jadinya menjadi koruptor. Karena Akademisinya saja sudah berikan tauladan yang tidak baik. Bahkan kemungkinan nantinya tidak akan ada yang mampu memotong arus deras korupsi. Karena Akademisi tersebut sudah menjadi pencoreng hukum. Bahkan mungkin nantinya negara kita ini akan kelaparan karena hasil sawah sudah dikorupsi. Dan bahkan mungkin juga negara kita akan banyak orang sakit karena obat-obatan untuk rakyat banyak yang dikorupsi.
Korupsi ini haruslah kita berantas semua sampai ke akar-akarnya. Di sekitar kita banyak sekali koruptor yang berkeliaran dengan memakai dasi dan jas mahal. Mereka memasang wajah malaikat untuk meyembunyikan wajah mereka yang seperti tikus. Mereka siap meninabobokan kita dengan segala macam cara,agar kita tidak mengetahui kebusukan hati mereka. Mereka sudah saatnya dibawa kerumah isolasi untuk merasakan apa yang mereka perbuat,bahkan kalau mungkin kita berikan mereka tangan palsu untuk mengantikan tangan mereka yang hilang.