Pada abad ke-19, menyekolahkan anak perempuan dianggap hal yang aneh dan radikal. Kartini beruntung pada saat itu masih bisa bersekolah di sekolah Belanda lokal berkat 'previlage' ayahnya yang seorang bangsawan ningrat sekaligus sebagai Bupati Jepara dan ibunya yang berasal dari keluarga ulama. Ia dibebaskan bersekolah hingga usia 12 tahun. Namun, setelahnya ia harus kembali menjalankan kodratnya sebagai perempuan bangsawan, ia tidak boleh pergi kemana-mana atau dipingit, tidak boleh meneruskan pendidikannya.
KEMBALI KE ARTIKEL