Sementara di Mesir bila kita sederhanakan kejadiannya adalah:
1. Rakyat Mesir secara solid menggulingkan rezim Mubarak yang sudah 40 tahun berkuasa dan hanya membuat rakyat menderita, karena kebijakan eknomi yang tidak berpihak kepada rakyat, korupsi yang menggurita, kebebasan berpendapat yang dibungkam, dsb.
2. Rakyat Mesir secara demokratis memilih Mursi sebagai Presiden. Kemudian media bebas berkespresi, arah kemandirian bangsa mulai terlihat, perbedaan diakomodir, dsb.
3. Rakyat Mesir (perlu di klarifikasi keterwakilannya) menggulingkan Presiden Mursi. Kemudian media pro demokrasi diberangus, perbedaan pendapat melalui demonstrasi damai dibantai, dan banyak pemutarbalikan fakta yang menjadi konsumsi media global.
4. Rakyat Mesir (melalui pemerintahan yang baru) membebaskan kembali Mubarak dan menempatkan kembali pejabat-pejabat di era Mubarak. Sebaliknya semua pejabat dalam pemerintahan yang terbentuk secara demokratis dipenjarakan.
Sehingga dari keanehan itu menimbulkan praduga-praduga yang teramat kuat bahwa ini bukan lagi pergolakan politik internal Mesir yang sekedar pergolakan sebuah partai dengan partai lainnya. Karena, lawan-lawan politik Mursi sendiri sudah banyak yang mendukung Mursi. Karena memang konstelasi pasca kudeta dan pembantaian yang diakhiri dengan bebasnya Mubarak dan dipenjarakannya orang-orang pro Mursi, menunjukkan kembalinya Militer atau tanda sebuah reformasi yang gagal.
Apakah kegagalan ini karena pemutarbalikan fakta yang sedemikian dominan?
Tamer Abdul Rauf, Wartawan dan Direktur kantor koran Al-Ahram di Al Buhera yang ikut terbunuh dalam tragedi pembantaian rakyat Mesir kemarin ini sempat menyampaikan tulisan terakhir:
"Saya tegaskan 70% apa yang disebarkan oleh koran-koran dan disiarkan oleh chanel televisi, tidak lain adalah kebohongan-kebohongan dan informasi yang rancu serta pemutarbalikan fakta. Dan sudah masuk ke dalam perang kejiwaan dan media yang diusahakan oleh kelompok-kelompok yang terlibat di Mesir untuk kepentingannya."
Sumber kutipan, silakan KLIK> Tulisan Terakhir Tamer Abdul Rauf
Ada lagi Mus'ab As-syami yang telah mendokumentasikan berbagai kejadian di Rabiah sebagai warisan sejarah kekejaman pembantaian manusia yang begitu ganas, licik dan sangat menjatuhkan arti hidup seorang manusia. Dengan tembakan gas air mata, shotgun dan peluru tajam, penembak jitu, bahkan senjata-senjata dahsyat yang ditembakan dari udara. Akhirnya pemuda inipun meninggal, bersama lebih dari seratus tim media profesional dan amatir lainnya.
Silakan di amati sebagai bahan renungan kehidupan kita> Foto-foto Mus'ab As-syami.
Jihan Sulaiman, seorang presenter TV Nasional milik pemerintah Mesir secara terang-terangan menyatakan bergabung dengan jutaan demonstran. Dengan tegas dia menyatakan demonstran itu bukan teroris seperti yang terus didengungkan media. Dia menegaskan, bahwa dia tidak pernah mendukung Mursi atau simpatisan IM sebelumnya. Tapi sekarang dia teguh bersama demonstran menunut keadilan. Sebagai bagian dari media yang dia kecewakan adalah kegagalan media mesir untuk muncul sebagai media yang menggambarkan kenyataan.
Dia menutup pernyataannya dengan menekankan bahwa, kudeta militer terhadap Presiden Mursi yang disertai dengan pembantaian masal rakyat Mesir adalah produk rezim militer yang sebelumnya mencengkeram Mesir.
Dari berbagai keanehan dibalik tipu daya yang ada, sebenarnya ada sikap yang harus kita junjung agar hidup bersama kita sebagai manusia beradab di bumi ini tetap dalam ketenangan adalah; mari kita hargai berbagai skema demokrasi sebagai tatanan hidup bersama yang realistis ada pada saat ini. Bila dunia hari ini mengabaikan itu semua, maka kekacauan masal dunia akan muncul ketengah-tengah kita dan sudah tidak akan lagi memandang negara apapun juga. Karena sungguh pertikaian di Mesir ini adalah bentuk pertikaian global.
Mari kita jernihkan pikiran, luaskan wawasan dan tunjukkan keberanian bersikap untuk memenukan masa depan kita dalam sudut pandang yang bebas, sehat dan maju.