Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Wisata ke Selandia Baru: Hari Ketiga

24 Juni 2010   10:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:19 903 0
Hari pertama bisa dilihat di sini. Hari kedua sila klik di sini. Barang belanjaan kami sudah cukup berat dari belanja hari pertama dan kedua. Badan juga sudah mulai kerasa agak-agak meriang, tapi karena semangat membara, tetap aja kami pede jalan-jalan, hehee. Pagi-pagi sekali kami sudah bangun pagi, dan sudah disambut dengan sarapan pagi plus bau telor busuk alias rotten eggs khas belerang yang keluar dari geyser-geyser di Rotorua. Pukul 7.30 kami berangkat menuju Te Puia Thermal Reserve, untuk melihat desa orang Maori dan Pohutu Geyser yang terkenal itu. Perjalanan hanya memakan waktu kurang lebih 15 menit, dan pagi itu adalah saat yang paling tepat untuk mengunjungi objek wisata ini. Pemandangannya benar-benar luar biasa! Seperti halnya objek wisata di NZ yang lain, pintu masuk objek wisata ini dirancang khusus untuk menarik perhatian, terdiri atas tiang-tiang kayu yang disusun seperti hendak membuat api unggun. Bau sulfur yang menyengat sudah menyambut kami di pagi itu. [caption id="attachment_176301" align="alignleft" width="300" caption="Entry Gate of Te Puia Thermal Reserve"][/caption] Lagi-lagi pemandu kami berkebangsaan Maori, walaupun yang ini lebih enak ngomong Inggrisnya daripada waktu di Waitomo. Begitu masuk, kami langsung disambut dengan pemandangan sebuah desa Maori. Nama resminya adalah Te Whakarewarewatanga O Te Ope Taua A Wahiao (yupe, memang sepanjang itu),yang artinya kira-kira "tempat berkumpul para pejuang Wahiao", walaupun New Zealander biasa menyingkat dengan Te Whakarewarewa, atau Whaka saja. Ada rumah utama yang berfungsi sebagai tempat ritual, dan ada rumah-rumah di samping kiri kanannya. Situs budaya ini sekarang tidak lagi ditempati oleh orang Maori, tapi masih sering dipakai untuk melakukan upacara-upacara tertentu. Sebelum melihat desa Maori ini, kami melewati Kiwi House, rumah penangkaran burung Kiwi. Tidak jelas terlihat dimana si Kiwi berada, Kiwi House dirancang gelap dengan minim pencahayaan, karena Kiwi adalah binatang nokturnal, alias cuman suka gelap. Berjalan kurang lebih 400 meter dari Kiwi House, kami akhirnya sampai ke tempat mud pool berada. Menurut informasi dari pemandu, ada ratusan kolam lumpur panas dan geyser yang ada di situs ini (tapi menurutku masih kalah sama lumpur Sidoarjo). Pohutu geyser yang terkenal itu, dikenal karena letusannya ke atas yang bisa mencapai ketinggian 15 meter lebih. Dengan langit yang super biru pagi itu, pemandangan geyser dan asap tebal yang membubung ke angkasa benar-benar luar biasa. DI situ kami juga menikmati tempat duduk batu yang hangat, karena ada aktivitas geothermal di bawahnya. Katanya sih orang Maori dulu kalau masak pake itu, hungy namanya. [caption id="attachment_176302" align="alignright" width="300" caption="Surreal Morning at Te Puia"][/caption] Kami melanjutkan jalan-jalannya ke sekolah Seni dan Kerajinan yang ada di kompleks itu juga. Maori, seperti halnya suku Asmat di Papua, terkenal dengan keahliannya mengukir kayu. Mereka juga mempunyai baju tradisional yang mirip dengan suku di Papua. Agrodome adalah tujuan kami selanjutnya setelah Te Puia. berjarak sekitar 15 menit dari Te Puia, Agrodome adalah kompleks peternakan domba dan sapi yang terkenal di Rotorua. Di situ kami akan melihat atraksi pengguntingan bulu domba (sheep shearing) dan penggembalaan domba dengan menggunakan anjing penjaga. Yang mengejutkan, kami mendapati ada satu orang Indonesia asal Medan yang bekerja sebagai pemandu di sana, namanya Shanti. Dia sudah tinggal 14 tahun di NZ. Dia dengan ramahnya kemudian menyilakan kami untuk duduk di depan panggung, menanti pertunjukan dimulai. Pertunjukan dimulai 9.30 tepat dengan sambutan yang hangat. MCnya seorang shearer yang bener-bener suka ngocol. Asli lucu banget, dan sangat menghibur. Dengan penonton yang rata-rata paham Bahasa Inggris (kebanyakan penonton waktu itu dari USA), joke-jokenya benar-benar bikin heboh panggung. [caption id="attachment_176304" align="alignleft" width="300" caption="Sheep on Action!"][/caption] Dia mulai mengenalkan dengan jenis-jenis domba, dari mulai yang paling top sampai yang paling jelek mutu bulunya. Terus kemudian dia mengadakan interaksi dengan penonton, seperti bagaimana memerah susu, dan memberi susu pada anak domba. Terakhir dia memperkenalkan anjing-anjing yang biasa digunakan untuk menggembala, dan bagaimana cara anjing untuk menggembala domba, seperti menggiring kawanan domba dan memasukkan domba ke kandang. Setelah selesai pertunjukan, kami segera bersiap untuk menuju Rotorua Airport untuk terbang ke Queenstown. Masih ada sisa waktu sekitar 1,5 jam sebelum berangkat, dan kami berkesempatan untuk menikmati pemandangan danau Rotorua dan Government Garden yang letaknya tidak berjauhan. Sayangnya Government Garden sedang dalam renovasi, sehingga agak mengganggu pemandangan, dan kami datang pada saat musim gugur, dimana tanaman-tanaman tidak sedang berbunga. Jika musim semi dan panas, taman ini (katanya) sangat indah. [caption id="attachment_176305" align="alignleft" width="300" caption="Government house"][/caption] Danau Rotorua cuman berjarak 1 Km dari Government Garden, dan tempatnya memang asyik buat jalan-jalan. Pengunjung dimanjakan dengan trotoar, bangku-bangku taman dan taman bermain yang bersih, tapi dengan catatan : asal tidak menduduki e'ek burung, karena buanyak banget e'ek burung camar dan black swan di sini. 12.30 tepat pesawat turbo prop twin propeller Air New Zealand pun take off menuju Queenstown, salah satu kota terindah di NZ. Ratu Elizabeth pun sangat menyukai kota ini, dan petinggi NZ pada waktu itupun akhirnya memberi nama Queenstown pada kota ini. Pesawat transit dahulu di kota Christchurch, dan menunggu kira-kira 20 menit sebelum akhirnya terbang lagi ke Queenstown. Sampai di Queenstown sekitar jam 4, kami langsung melihat jajaran pegunungan Alpen Selatan yang dipuncaki salju abadi. Queenstown adalah murni kota turis dengan jumlah penduduk kurang dari 60.000 jiwa. Suasana kota yang rapi tapi sepi benar-benar menciptakan kesan yang menyenangkan. Dengan waktu yang sangat lapang untuk putar-putar kota, akhirnya kami berjalan-jalan mengitari kompleks pertokoan di dekat hotel kami, Novotel Lakeside, [caption id="attachment_176307" align="alignright" width="225" caption="View of Southern Alps from the city"][/caption] sambil menikmati hawa dingin akhir musim gugur itu. pusat kota ini didominasi oleh toko-toko souvenir dan rumah makan. Berburu souvenir yang aneh-aneh di sini benar-benar membuat kami lupa waktu. Tapi ingat, harus bener-bener jago membandingkan harga, karena perbedaan harga di antara toko-toko di sini cukup lebar. Pukul 10 malam kami sudah tepar ... zz zz zz. Next things to do : go to Bob's peak, Arrow town, dan jalan-jalan malam lagi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun