5 menit, 10 menit, kendaraan tidak datang-datang. Malah muncul notifikasi bahwa saya sudah jalan, artinya pengemudi sudah menjemput saya. Padahal di maps Grab sendiri, kendaraan belum bergerak. Akhirnya saya telepon pengemudi yang bersangkutan, yang langsung disambut dengan kata-kata kurang mengenakan. Padahal saya berbicara baik-baik, yang diujung telepon malah nge gas. Saya panjangkan sabar saja, belum saya keluarkan Medan saya. Dia kirim foto, menunjukkan dia ada di belakang sebuah bis. Padahal disitu tidak ada bis sama sekali. Tidak ada satupun. Saya telepon lagi, menanyakan lokasi persisnya driver. Lagi, dia malah menanggapi dengan perkataan kurang menyenangkan, tidak mencerminkan rating bintang 5 yang ditunjukkan aplikasi. 'Bapak jangan sembunyi' katanya. Wong edan. Memang ini main petak umpet apa? Dengan terpaksa saya ladeni, padahal saya juga sudah lelah setelah menempuh 12 jam perjalanan dari Jakarta. Saya sarankan ketemu di Grab Lounge, yang jaraknya dekat sekali dengan SPBU. Lagi, dia berkilah saya yang tidak konsisten, 'tadi minta di SPBU, sekarang minta di Grab Lounge,' katanya. Apa maunya toilet portabel bernyawa ini?
Malas berurusan panjang lebar, saya minta dia membatalkan pesanan, karena saya tidak bisa memesan lagi kalau di aplikasi taunya saya di perjalanan, di dalam kendaraan. Permintaan itu juga tidak direspons. Terpaksa saya biarkan saja. Tapi saya laporkan dengan memberi rating bintang 1. Saya juga laporkan di aplikasi kalau driver melakukan penjemputan bodong, seolah-olah dia melakukan pick up, padahal tidak. Dan saldo saya terpotong.
Akhirnya saya pindah ke gojek go ride. Malas pesan-pesan car lagi. Nanti kejadian lagi. Waktu akan melakukan pick up, driver go ride meminta saya berjalan ke dalam lorong persis di sebelah SPBU, 'untuk menghindari ojek pangkalan mas' katanya. Saya turuti dan maklumi, karena tidak begitu jauh dari lokasi saya berdiri. Tidak menunggu lama, Pak Sri Dende Kriswardana, namanya, sampai. Kami langsung jalan. Dan saya malas basa basi karena kejadian barusan. Kalau diajak ngomong yasudah, kalau ngga yasudah.
Pak Sri malah membuka omongan terlebih dahulu. Menanyakan darimana, asal daerah, yang saya tanggapi dengan seperlunya. Yang menarik ketika dia bercerita kalau dia bersyukur saya mau jalan ke lorong sebelah SPBU. Karena tepat  sebelum saya, ada penumpang yang tidak terima dan marah-marah ketika dia minta dispensasi sedikit, jalan ke tempat persis di tempat saya dijemput. Penumpang itu malah langsung nyolot, mengeluarkan kata-kata yang tidak enak. Padahal bukan keinginan driver, tapi karena ada ojek pangkalan. Maka Pak Sri minta di cancel saja kalau tidak mau. 'Tapi ga di cancel-cancel mas, 'kan saya jadi ga bisa narik lagi. Akhirnya saya telpon balik, ganti saya yang marah. Eh, dia langsung ciut. Makanya saya beruntung sekali mas mau jalan sedikit tadi.'
Langsung mak deg aku. 'Kok bisa sama?' batin saya. Saya juga ceritakan pengalaman tidak menyenangkan yang saya alami, juga persis sebelum saya bertemu dengan Pak Sri. Dia mengiyakan, karena memang ada saja oknum-oknum begitu. Seketika, pikiran saya semula 'semua driver online sama saja' langsung berubah 180 derajat. Masih ada orang-orang baik, yang narik jam setengah empat pagi, dan masih bisa sabar menghadapi situasi yang sama seperti yang saya alami, padahal situasi ekonominya mungkin jauh dibawah saya. Dan beliau ini berada jauh dari tempat dia biasa narik. Ia biasa beroperasi di daerah Kenjeran, sekarang di Bungurasih. Niatnya sederhana, hanya cari sedikit uang bensin untuk modal pulang. Sukur-sukur bisa dapat penumpang searah pulang ke Kenjeran. Ini yang namanya teguran instan dari Tuhan. Yang Kuasa mau mencontohkan kalau ada orang yang mengalami kejadian persis seperti kamu, tapi masih bisa menghadapinya dengan lebih baik.
Â
Buat teman-teman sekalian yang mengalami kejadian serupa, tolong jangan abai. Mungkin ini memang modus yang dimainkan oknum tertentu, karena selama ini dibiarkan. Dapat saldo OVO, tapi tidak melakukan kewajibannya. Kerja tanpa perlu usaha. Ini bodat yang paling bodat namanya. Pihak Grab dan provider transportasi online juga harus bisa tegas. Driver-driver nakal seperti ini harus diberi sanksi berat agar ekosistem transportasi online semakin baik. Kalau perlu ada seperti database bersama antar penyedia jasa trasnportasi online agar cumi-cumi seperti oknum ini tidak kembali lagi. Dan mungkin perlu juga dibuatkan panduan berupa pelatihan online untuk mitra pengemudi bagaimana dealing with customer seperti driver-driver Blue Bird. Â Pujian juga bagi Grab, yang dengan cepat menyelesaikan laporan masalah saya, kurang dari 1 jam setelah saya laporkan. Dan di penghujung fajar, yang saya kecewakan adalah karena tidak ada pilihan 'memberikan tips' untuk Pak Sri, sebagai bentuk apresiasi atas service dan attitude yang baik kepada customer. Sehat terus orang baik, dan seperti kata Pak Sri, 'dapatnya berapa ya disyukuri saja mas, Puji Tuhan.' Ya, Praise The Lord. Horas. Â