Dulu gunung Semeru sekilas menyeramkan. Apalagi meninggalnya sosok idealis yang sangat disanjung pada era orde lama yaitu Soe Hoek Gie, yang terkena asap beracun di Mahameru. Selain itu gunung tertinggi di pulau Jawa termasuk masih aktif dan sering mengeluarkan lava pijar serta asap belerang yang beracun. Banyak pula cerita maupun berita yang mengabarkan pendaki tersesat dan hilang di sana. Semakin majunya teknologi dan zaman yang semakin global, gunung Semeru seperti diekploitasi ataupun dijadikan industri baru. Apalagi setelah kemunculan novel 5 cm yang dilanjut dengan difilmkannya novel tersebut. Kini bukan hanya pendaki yang datang ke sana bahkan sering dijadikan objek wisata keluarga. Memang dari segi keindahan alam Semeru tidak ada duanya. Di sana menawarkan panorama yang membuat orang takjub. Ada danau yang disebut Ranu Kumbolo, padang safana yang disebut Oro-oro ombo, tanjakan cinta yang khas, dan yang paling dinanti adalah puncak Mahameru dengan Jonggring Salokanya. Masyarakat seolah tak peduli dengan resiko yang terjadi di alam bebas. Sekali lagi kepuasan menjadi nomor satu negeri konsumerisme ini. Tapi lagi-lagi tanggung jawab yang sangat rendah. Apalagi disinggung soal kebersihan. Ketika ada pendakian bersama yang diadakan salah satu merk peralatan Adventure. Banyak yang menyebut Ranu Kumbolo seperti tempat sampah umum. Sungguh ironis hal ini terjadi kepada tempat yang seharusnya dilestarikan malah dirusak.
KEMBALI KE ARTIKEL