Cukup lama, kami memperhatikannya. Dia, -sebut saja Arini-, wanita setengah baya, penjaja bensin eceran di simpang lampu merah jalan desa. Kendaraan kami, berhenti persis di pinggir jalan, tak jauh dari seberang tempat usahanya.
Setelah melayani pembeli, Arini terlihat menata rapi deretan botol-botol bensin, lalu duduk menanti. Berharap ada banyak kendaraan lewat, dan berharap ada rejeki yang berpihak kepadanya.
:::.
Jendela kaca pintu mobil, kubuka lebar. Dari dalam kendaraan, isteriku sedikit berteriak memanggil namanya, "Ariniii.., Ariiin...!".