Menurut laporan yang dituliskan oleh NYT, tercatat 3 pemancar milik stasiun TV tersebut hancur oleh serangan udara tersebut. NATO mengklaim bahwa serangan yang ditujukan kepada media adalah upaya membungkam Khadafy dan rejimnya agar tidak bersuara lagi di media. Walau serangan tersebut menghancurkan pemancar-pemancar milik stasiun TV tersebut, media tersebut tetap mengudara dan terus menyiarkan acara sesuai dengan jadwal yang mereka buat.
Kita dapat melihat frustasi yang kian meningkat dikalangan pemberontak dan NATO, surat tugas pembantaian yang dikeluarkan oleh DK-PBB untuk melakukan serangan udara terhadap Libya dan menurunkan sang Kolonel, yang akan berakhir bulan September ini, nampaknya belum menunjukan tanda-tanda keberhasilan.
Bahkan justru sebaliknya, konflik internal, masalah keuangan, pembagian kekuasaan dikalangan pemberontak dan masalah-masalah yang tidak terpikirkan oleh mereka sebelumnya, kini semakin memperumit dan memperburuk kondisi para pemberontak sendiri.
Bahkan beberapa daerah yang dikuasai pemberontak sendiri, nyaris menjadi bulan-bulanan pasukan Khadafy, yang apabila tidak didukung oleh serangan udara NATO, niscaya, sudah lama pemberontak tersebut dapat dimusnakan oleh Khadafy.
Serangan yang sudah tidak terarah kepada fasilitas militer Khadafy ataupun kepada tempat dimana Khadafy berada, menujukan bahwa minimnya informasi yang didapat oleh NATO, mengenai keberadaan sang Kolonel serta keputusasaan yang mendalam dipihak pemberontak.