Sebagaimana penulis pernah mengatakan bahwa "Muamar Khadafy adalah Muamar Khadafy", perang di Libya belum juga padam, bahkan tanda-tanda untuk berhenti sulit diprediksi. Kini sejumlah negara-negara didunia, diam-diam mulai meniru dan menganalisa apa yang diperbuat oleh Khadafy pada saat terjadinya gejolak di dalam negaranya, pada saat keadaan kritis dan didalam masa-masa genting, dimana nyawa adalah taruhannya serta dimana seorang pemimpin sudah mulai ditinggalkan oleh para tangan kanan dan pengikut setia yang sudah berbalik arah.
Adalah secara diam-diam saat ini, banyak pemimpin-pemimpin dunia, ternyata melihat, mempelajari dan menganalisa, taktik serta apa yang dilakukan Khadafy saat negara dan dirinya dalam gejolak besar. Entah sudah berapa hari lamanya gejolak Libya belum menunjukan tanda-tanda padam. Intervensi banyak pihak, justru semakin membuat banyak nyawa yang tidak bersalah menjadi korban. Kedatangan pihak asing serta misi yang katanya "kemanusiaan" kenyataannya justru menjadi ajang unjuk kekuatan militer dengan menggunakan teknologi terbaru bahkan ada beberapa yang belum pernah dipergunakan, serta sebagai ladang pembantaian manusia.
Tidak ada yang kita lakukan bila kita berada didalam situasi tersebut, seandainya kita tidak berani untuk menembak, justru kita yang akan tertembak. Kenyataannya Libya berada dalam suatu pemberontakan bersenjata, jadi bukan sipil tanpa senjata, walau dunia melihat dari segi yang berbeda. Tidak dapat dipungkiri, banyak pemimpin -pemimpin dunia yang secara diam-diam terinspirasi oleh pola dan cara sang Kolonel dalam mempertahankan kedaulatan negaranya, dari para pemberontak di dalam negerinya bahkan termasuk serangan dari banyak pihak dengan menggunakan teknologi mutahir. Mereka diam-diam mengagumi cara dan strategi Khadafy, yang tetap bertahan pada kursi kekuasaannya.
Tentu para pemimpin melihat dari sudut dan kajian yang berbeda, namun pada intinya adalah, mereka tetap mempertahankan kekuasaan dengan resiko apapun sampai titik darah terakhir. Seperti Suriah, Libanon, serta beberapa negara yang diam-diam mulai bergolak termasuk Cina, negara-negara Eropa dan Amerika. Bahkan Presiden Suriah,
Bashar al-Assad walau sudah terang-terangan pada internal partainya sendiri banyak yang melakukan pembelotan dan pembangkangan, namun dia tetap mengendalikan situasi dan pemerintahan di Suriah. Walau untuk itu, sudah hampir ratusan nyawa melayang.
Ketegasan, kewibawaan serta keberanian dari seorang pemimpin pada saat tanah airnya bergolak adalah sikap dan sifat utama yang memang dan sudah sewajarnya ada. Bukan pasrah dan tunduk pada kekuasaan dan intervensi asing, bahkan mempertaruhkan nyawa demi kedaulatan tanah airnya merupakan sikap yang dapat memberikan banyak insprasi bagi para pemimpin dunia lainnya. Karena pada saat ini, banyak sekali para pemimpin negara-negara didunia yang mempunyai sikap dan sifat takut pada negara lain. Seharusnya dunia dapat melihat, apa yang menjadi unsur dan jeli melihat kedalam suatu gejolak yang terjadi, sehingga tidak menimbulkan Libya-Libya baru dibanyak negara lainnya, cukup sudah contoh lama dan kecil seperti Pakistan dan Afganistan,dua negara tersebut tidak pernah berhenti bergolak, karena kuatnya campur tangan asing dinegara mereka.
Pertanyaan kembali muncul, apakah dengan masuknya asing, termasuk bantuan militer atau lainnya dapat menyelesaikan konflik internal suatu negara? Mari bersama kita melihat sejarah konflik didunia ini. Dan bukannya bidang penulis untuk berbicara mengenai masalah konflik, namun setidaknya ini merupakan pertanyaan bagi kita orang awam dalam melihat keadaan dunia saat ini termasuk tanah air kita sendiri.