Facebook dan Twitter, dua pucuk pimpinan teratas yang mendominasi kebanyakan para pengguna jaringan sosial diseluruh dunia, yang banyak diberitakan dan banyak menjadi pokok permasalahan diberbagai kawasan didunia. Walau dibanyak negara juga didunia, mereka menggunakan dua media tersebut sebagai sarana komunikasi dengan dunia luar, baik secara resmi atau juga tidak resmi.
Permasalahan timbul kepermukaan ketika, kekuatan di jaringan sosial tersebut terbentuk namun tidak terkendali dan nyaris tanpa adanya suatu tindakan dari apa yang disebut sebagai leader. Misalkan saja, di Facebook, banyak terbentuk group-group ataupun halaman-halaman khusus yang membawa misi-misi dan tujuan baik politik, ekonomi, bisnis bahkan pornograpi, namun ketika group tersebut sudah banyak yang mendukung ataupun banyak anggotanya, dan ketika itu pula sang creatornya atau penggagas awalnya tidak tanggap dengan apa yang terjadi pada groupnya, maka seketika itu pula, terjadi keliaran yang tidak dapat dikendalikan.
Hal yang sama terjadi pada saat group-group yang berwatak keras dan idealis di jaringan sosial seperti Facebook dan twitter terbentuk. Pada tahap awal, negara mungkin tidak mempersoalkan apa yang terjadi pada group jaringan sosial tersebut, namun semakin waktu semakin bebas dan tidak dapat lagi dibendung, bahkan dengan jalan yang sangat ekstrim sekalipun, misalnya dengan mematikan fasilitas internet dinegara tersebut. Ini banyak terjadi dinegara-negara timur tengah, misal Arab Saudi, Iran, Yaman, negara-negara Eropa, serta Amerika Latin.
Seribu cara akan dilakukan mereka penggila jaringan sosial untuk tetap dapat terhubung dengan media mereka, seperti halnya yang terjadi di Mesir pada beberapa waktu lalu. Bahkan raksasa-raksasa software dunia ikut juga membuka membuka layanan line khusus bagi mereka para penggila media sosial, seperti Google, Twitter dan lainnya. Sehingga tentu saja tidak ada gunanya pemerintah negara setempat melakukan pemblokiran terhadap akses internet.
Lalu mengapa media-media sosial selalu menjadi permasalahan dibanyak negara dunia, termasuk Indonesia. Sebenarnya yang menjadi masalah adalah bukanlah media sosialnya , justru sebenarnya yang bermasalah adalah politik pemerintah negara setempat, pun termasuk Indonesia bila memang pemerintah menyalahkan media-media sosial seperti Facebook dan Twitter. Ketakutan, kekhawatiran dan kerisauan akan apa yang akan terjadi pada hubungan individu didalam masyarakat dunia maya, menimbulkan prasangka buruk dan negatif dimata pemerintahan banyak negara.
Pemerintah merasa perlu mengetahui identitas para individu yang berada pada lintas data tersebut, bahkan pemerintah merasa perlu mengetahui pembicaraan para Facebooker, atau pemerintah memandang perlu terlibat dan masuk menjadi teman, seperti yang banyak dilakukan oleh negara seperti Rusia, Amerika Serikat, Inggris, Israel, Perancis, Australia, Cina dan masih banyak lagi. Para intelejen negara, menyamar sebagai sahabat, teman ataupun wanita-wanita cantik dan laki-laki ganteng, untuk menarik perhatian mereka yang sedang diincar atau yang mereka kehendaki. Mereka bukan saja bertindak sebagai orang lain, mereka dapat menjadi bibi, paman, keponakan, bahkan sampai sahabat terdekat kita sekalipun.
Bukan hanya sampai disitu, para intelejen juga akan berusaha menerobos masuk ke Account-account milik kita, baik secara halus ataupun kasar. Mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengambil identitas kita, serta melakukan pelacakan terhadap posisi, tempat tinggal, bahkan tempat kita melakukan online ke jaringan internet. Tentu bukan hal yang sulit bagi mereka untuk menemukan lokasi kita, apabila koordinat atau titik tempat kita berada sudah dapat terdeteksi, maka "binggo", anda pun sudah terlacak dan terawasi.
Lalu apakah kita harus khawatir akan keadaan tersebut.? jawaban untuk hal ini adalah tidak perlu khawatir dan jangan takut. Mengapa, karena tentu kita mengetahui, ada berapa juta orang yang terhubung dengan jaringan sosial, serta kembali kediri kita masing-masing, selagi kita tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat kriminal, tentu tidak ada alasan untuk takut atau khawatir. Saat ini kekhawatiran datang bukan dari pengguna atau pemakai media sosial, justru pemerintah lah yang sangat khawatir dengan kita semua para pengguna Media Sosial. Bagi kita semua yang hanya berinteraksi di media sosial untuk berbisnis, berteman dan mencari banyak kawan, tentulah bukan hal yang serius menanggapi hal ini.