Well, pagi ini saya tergelitik membaca tulisan Pak
Prayitno Ramelan, seorang Kompasianer senior. Beliau ini saya "kenal" dalam dunia maya sudah sejak tahun 2009 lalu, saat Kompasiana masih sangat muda dan baru beberapa orang yang bergabung dengannya. Tulisan-tulisannya saya baca, saya kritisi yang bisa saya kritisi. Saya pribadi membaca tulisannya tidak menganggap luar biasa walau dalam setiap tulisannya beliau mengatakan bahwa beliau adalah mantan intelijen di Angkatan Udara. Jika tidak salah, beliau adalah purnawirawan dan TNI-AU. Tidak sedikit juga tulisannya yang hanya memaparkan apa yang sudah terjadi bukan memproyeksikan apa yang akan terjadi, sebagaimana mestinya intelijen. Memproyeksikan, adalah yang terpenting. Beberapa proyeksinya saya amati banyak yang keliru. Tapi karena penulis
blog, saya maklumi saja. Sayang, penggunaan kata intelijen dalam tulisannya cukup mengganggu saya karena bisa mendegradasi kualitas intelijen. Tak ayal, Presiden Jokowi pun mengaku bahwa informasi intelijen sering salah saat menyeleksi calon Kepala BIN. Tulisannya kali ini adalah tentang pernyataan Menkopolhukan terkait rencana Munas Golkar di Bali hari ini dan permintaannya agar Polri tidak memberi ijin atas rencana munas tersebut. Beliau mengatakan bahwa untuk mengadakan suatu acara,
tidak perlu lagi izin dari Polri, cukup pemberitahuan saja. Nah,
statement ini yang membuat saya agak naik darah membacanya. Bunyi lengkap paragraf yang saya maksud adalah seperti yang saya
capture di bawah ini. Tulisan lengkapnya bisa dibaca di
sini. Benar-tidaknya pernyataan Menkopolhukan, adalah perdebatan lain walau saya sendiri tidak setuju mengucapkan itu di media. Jika dirasa perlu, panggil saja Kapolri, bicarakan bagaimana. Hal seperti itu mestinya dilakukan tertutup.
KEMBALI KE ARTIKEL