Sebelumnya #SaveTukangsate pun menjadi trending topic di Twitter. Banyak Jokowi Hater yang menyebutkan bahwa Presiden RI yang sekarang anti kritik dan sadis kepada wong cilik. Saya juga tidak bisa membayangkan apakah mereka juga akan membela MA jika korban dari editan foto porno itu diganti dengan wajah ayah, ibu, atau pasangan mereka.
Saya beranggapan bahwa mengkritik dan menunjukkan ketidaksukaan adalah hak anda. Tetapi menyebarkan fitnah, hinaan, apalagi dengan bumbu pornografi itu sudah seharusnya masuk ranah hukum. Tapi ya sudahlah, karena mungkin pelakunya adalah "hanya" tukang sate yang harus menghidupi keluarganya yang miskin maka simpati dari para Jokowi Haters punya alasan yang kuat untuk terpaksa dibenarkan. Ditambah lagi sang ibunda pelaku sudah mengajukan permohonan maaf sambil menangis dan siap sembah sujud di kaki Sang Presiden. Ajaib! Adegan ini memang mampu membuat para Jokowi Haters termehek-mehek seperti menonton drama sedih Korea.
Sekali lagi dunia perpolitikan di Indonesia tidak jarang menunjukkan dramatisasi suatu momen yang membuat publik tidak habis untuk geleng-geleng kepala. Dari aksi membalikkan meja di gedung DPR hingga aksi tukang sate yang menjadi editor foto dadakan.
Karena kejadian ini, maka saya jadi memperoleh inspirasi bahwa di tengah kesulitan mencari modal usaha, ada alternatif lain yang mungkin bisa menjadi jalan keluar. Jadilah editor foto porno! Lho bukannya pornografi itu dilarang keras di negeri ini?? Sekarang tidak lagi masbro.. Bahkan kader-kader PKS sendiri yang terkenal sangat "Islami" menyebutkan bahwa peristiwa ini biasa saja dan jangan dibesar-besarkan. Mungkin para pembaca Kompasiana ada yang tertarik mencoba? Tapi ingat ya resiko ditanggung sendiri dan saya tidak mau ikut bertanggung jawab. Hehehehe..
Salam Tiga Jari untuk kawan-kawan semua!