Karya: Raissa Shabirah
Rinai hujan membasahi bentala,
Kebanyakan orang mencari tempat bernaung,
Sebagian memilih menerjang bena.
Tidak bisa kupungkiri semua tentangmu.
Pena ini terus menggesekkan ketebalannya pada secarik kertas ditengah hiruk piruk kota.
Sambil menunggumu kembali pada singgah.
Ditemani udara dingin menyelimuti cakrawala.
Lantas,
Mengapa kau begitu tenggelam pada asmaraloka?
Kau selalu asa untuk amerta di dalam ceritanya katamu selalu.
Ia sudah berkontribusi dengan yang lain,
Pernahkah kau berfikir? bahwa sehabis hujan terbitlah arunika yang syahda.
Seuntai kata itu,
Membuat matanya yang berpancarona,
Menderaikan air mata.
Tidak bisa diarungi lagi.
Akankah kau akan kembali singgah