Hari itu, aku bersama kawanku berniat mengikuti kegiatan napas tilas observasi sejarah, bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya serta komunitas pemerhati sejarah. Bahkan, beberapa mahasiswa yang sedang melakukan tugas akhir, nampak ikut dalam ekspedisi ini.
Spot heritage yang kami tuju, berada di Jalan Kedung Cowek. Lokasinya, persis di pesisir utara Kota Surabaya. Siapa sangka, di dekat tol gerbang masuk Jembatan Suromadu, terdapat benteng kuno peninggalan jaman kolonial Hindia Belanda, yang menghadap langsung ke Selat Madura. Orang-orang sekitar, biasa menyebutnya dengan Benteng Kedung Cowek. Namun, kadang juga ada yang menyebut sebagai gudang senjata atau peluru. Pantas saja, memang tempat ini dulunya pernah digunakan TNI sebagai gudang penyimpanan peluru.
Namun sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui keberadaan benteng satu ini. Selain tempatnya yang masih tertutup dengan semak belukar, kawasan ini juga tidak terbuka untuk umum. Sebab, kawasan ini masuk dalam pengawasan pihak TNI. Pengunjung yang akan masuk, diwajibkan untuk melaporkan tujuannya ke sana kepada petugas TNI yang menjaga Benteng Kedung Cowek. Jika anda berniat berkunjung ke sini, saya sarankan menggunakan sepatu dan celana panjang, agar terhindar dari sengatan ular maupun hewan berbisa.
Usai menempuh perjalanan dari kantor sekitar 20 menit, kami pun tiba di kawasan Benteng Kedung Cowek. Kami berdua langsung menuju ke pos penjagaan TNI yang berada di sisi sebelah barat benteng. Tampak tiga orang bapak-bapak berbaju doreng, terlihat sedang berjaga. Rombongan dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, serta komunitas pemerhati sejarah, rupanya juga sudah tiba duluan. Sejenak kami mengobrol sembari berkenalan. Tak berapa lama, kami mulai beranjak berjalan setapak, menuju lokasi benteng yang tak jauh dari pos penjagaan.