Aku bersila di sudut
Kamu duduk menekuk lutut
Tak bicara selama tiga puluh tahun
Tetapi kita tetap tenang, tak buru-buru.
Kurasa kita sama-sama kenyang!
Apalagi yang bisa kita kenang?
Apalagi yang hendak kita bicarakan?
Kamu bangkit dari bangku kayu taman itu
menepuk pantatmu.
menepuk pundakku.
Aku pamit, ucapmu.
Seperti mengucapkan mantra terbang,
untuk lenyap,
untuk menghilang, senyap.
Kita berdua saja.
Atau kukatakan,
kau sudah tak ada lagi di sana.
Atau justru
akulah yang telah meninggalkanmu hari itu.
Di kehidupan selanjutnya, aku merapal
semoga kita tak saling kenal
tak saling bertemu.
Tak saling rindu.