Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Puisi | Apakah Kebahagiaan Itu Ada atau Tidak?

13 Juni 2018   09:26 Diperbarui: 13 Juni 2018   09:35 537 2
Saat itu aku bertanya: apa kau bahagia bersamaku?

Kau tak segera menjawab. Aneh, kau malah mementingkan menghela napasmu. Namun itu membuatku paham. Barangkali kau hanya sulit membayangkan kata-kata itu keluar begitu saja dari dalam mulutku. Seperti bersin. Seperti flu.  

Lantas gantian kau yang bertanya: Apa aku percaya kebahagiaan itu ada?

Kali ini giliranku yang menarik napas. Tak tahu mesti lekas menjawabnya atau tidak.

Aku punya gagasan buruk tentang masa depan di hadapanku, dan masa lalu di belakang aku hidup. Kau tahu itu.

Saat-saat tak sengaja menatap burung-burung di angkasa, jiwaku ikut terbang bersama mereka.

Saat-saat tiba dengan gelisah sebuah gayung berisi air dingin menyiram ubun-ubun kepalaku pagi hari, aku dapat merasakan seluruh tubuhku ikut membeku bersamanya.

Saat-saat menyaksikan bus kota berderak kencang, seolah menghampiriku, suara mesinnya berdebar hebat di dadaku, aku bahkan punya keinginan kuat menabrakkan diri di antaranya.

Kita punya kulit setipis kabut di siang hari. Dan andai seekor anjing menginginkannya kita tak punya kekuatan untuk menolaknya.

Kita punya kepala sekeras batu kali tapi tak pernah cukup kuat untuk dibenturkan berkali-kali dengan kesetiaan nasib buruk dan kesedihan, yang menyertainya seperti rombongan pelayat.

Lantas, haruskah kau bertanya apakah aku percaya kebahagiaan itu ada atau "tidak"?

Tentu saja tidak. Kukira kau hanya sedang baru bangun dari tidur. Lalu kecewa dunia yang kaulihat hari ini masih sama dengan dunia terakhir kali kau menyaksikannya.

Tentu saja tidak. Karena bukankah kau seharusnya tahu bahwa aku cuma ingin tahu apa kau bahagia saat bersamaku?

Tak pernah lebih. Lantas mengapa kau justru menimpaliku dengan pertanyaan yang sejatinya aku sendiri tidak tahu: Apa kebahagiaan itu ada atau tidak.

Tentu saja tidak. Selama itu bersamamu kebahagiaanku adalah pedang, kau perisai tempat aku berlindung dari musuhku; penderitaan, kesepian hebat, hingga kemalangan yang seolah-olah terus-menerus mengepungku dari berbagai sudut.


Andi Wi

Ajibarang, 13 Juni 2018

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun