Terimakasih atas pertemuannya
yang singkat
bersamaku
Dengan diriku yang lama
Dengan duduk di sebelahku
Malam ini
Jangan sia-siakan percakapan kita
dengan mengatakan sampai jumpa
Mungkin benar aku pendoa
Tapi dengan sepuluh jariku
yang tetap dan tak mungkin bertambah bilangannya
Mereka bukanlah persekongkolan yang solid dan tabah
Bagaimana pun caranya
Deraan telah bertubi-tubi
kuterima
membuatku tercerai-berai
Jika telah sampai aku
membuatmu takut
sejujurnya
aku lebih takut
menyaksikanmu
Berrkali-kali
membetulkan letak kerudungmu
Kupikir kamu sudah cantik
Sejak melangkah keluar rumah
Aku adalah anak laki-laki
yang tak punya rencana cadangan
Jika segala sesuatunya
mendadak berubah aneh
dan menegangkan.
Maka ketika kukakatan, "Apa kau ingin pulang?"
Diam-diam aku menyesalinya
Aku ingin menariknya kembali.
Aku ingin memastikan
menarik tanganmu juga
Dan memikirkan cara ilegal
Agar kamu tetap bersamaku
Sambil membujuk, "Kita mungkin
dua orang paling kesepian
di muka bumi ini. Hanya saja
butuh waktu
seribu tahun
untuk menyadarinya."
Namun semudah menebak jalan
pikiranku, kamu tahu
Sejak awal yang kupikirkan
Justru
Kau akan membeo kata-kataku
"Tapi aku ingin pulang," katamu.
Aku pun membalas, "Bisakah kita
bertemu kembali?"
"Secepatnya," jawabmu menimpali.
Lantas aku pun menunggu aba-aba
Penasaran sekali:
Bagaimana caramu kelak
mengatakan berpisah dikemudian hari.
Kau adalah hari terbesarku
Maka jika hari itu tiba
Kupastikan, berpisah denganmu
Adalah hari jadi paling menyepiku.
Ajibarang, 12 Desember 2017