Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Menemani Tuan di Beranda

25 September 2017   06:41 Diperbarui: 25 September 2017   06:52 764 6
Setelah menunggu dua belas jam dua puluh lima menit lamanya waktu berputar, pagi hingga malam hari saya menanti dan menunggu agak tidak menanti, akhirnya dia kembali. Sebetulnya saya tidak terlalu khawatir jika pun dia tidak muncul-muncul seperti seharusnya manusia lakukan sebagai mana manusia menemukan intim kemanusiaannya.

Dia bisa saja pergi ke tempat jauh di luar jangkauanku. Terserempet mobil, didaku pencuri oleh warga sekampung, menjadi korban ledak berkeping-keping bom bunuh diri, atau bisa juga, dibunuh kelambatan detak jantungnya sendiri sebelum  sempat menanggalkan celana dalamnya di rumah.

Meskipun kecil kemungkinannya hal-hal semacam itu jarang terjadi. Namun memangnya makhluk macam apa dia, sehingga bisa dengan mudah terhindar dari bencana-bencana kecil dan bahaya besar. Dan bukankah kesempatannya selalu sama bagi setiap mereka yang juga sama sekali tak memiliki kesempatan? Um. Kalo itu pertanyaannya, saya pun sering memikirkannya. Tapi kali ini sebaiknya saya mesti berhenti memikirkannya. Sebab sudah jelas. Tugas saya mendengarkan. Bukan memberi solusi. Seperti yang sepatutnya tugas yang diemban seonggok asbak meja di teras rumah. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun