Butuh ketrampilan memadai menulis fiksi. Mengulas keintiman dunia imajinasi, saya rasa, seperti mengukur probabilitas doa dengan cara yang sama dilakukan para pertapa. Penulis fiksi, mereka gemar menyimak alam, menjinakkan angin liar yang berisik yang dapat mengusik ketenangan mereka, hingga pada titik tertentu bahkan mendengar suara degup jantung sendiri pun mereka merasa terganggu. Mereka ingin menghasilkan tulisan yang menarik, berkualitas yang dapat diingat sepanjang ingatan manusia.
KEMBALI KE ARTIKEL