Jika dalam mencintai, Sapardi,
ingin menjadi sederhana seperti
isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. Boleh jadi, semua orang iri kepadanya. Anda boleh berbangga, Pak Tua. Saya menunduk takzim dengan setengah membuka topi kepala untukmu. Tapi tunggu, saya juga tak mau kalah—untuk mencintai kekasih saya. Ke
inginannya tidaklah muluk. Jika dianalogikan seperti makan, tidaklah perlu empat sehat lima sempurna dan satu gelas susu sapi hangat sebagai pelengkap. Cukup seperti makan nasi dan lauknya kerupuk. Sederhana, bukan? Ya, dengan kata imbuhan ‘sangat’ kamu pasti berkata demikian. Keinginan saya ialah dicintainya dengan angan. Saya mencintainya diam-diam dan ia mencintai saya dalam-dalam.
KEMBALI KE ARTIKEL