Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerita Pemilih

Jane To Rak Sreg, tapi Kudu Tegak Lurus

29 Agustus 2024   23:20 Diperbarui: 30 Agustus 2024   10:45 106 0
SEORANG kawan lama, temen kuliah dulu, yang kini berprofesi sebagai jurnalis di Semarang, pagi tadi mengirim chat WhatsApp: "Lha iyo, PDIP asline duwe calon hebat, potensi menang besar, malah dirusuhi terus. Bar saiki bingung dewe".

Tanpa harus dijabarkan, saya sangat tahu betul perasaannya, karena dia memiliki kedekatan personal dengan Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Mbak Ita, yang juga kader PDIP.

Mbak Ita sebenarnya merupakan calon potensial untuk diusung kembali di Pilwakot Semarang. Saat ini, Mbak Ita masih menjabat sebagai Wali Kota Semarang dan dipandang memiliki kemampuan yang cukup untuk melanjutkan kepemimpinannya. Namun, situasi yang dihadapinya saat ini sangat rumit. Mbak Ita tersangkut dalam masalah hukum di KPK, terkait dugaan korupsi dan gratifikasi, yang menjadi batu sandungan besar bagi karir politiknya.

Satu hal yang menarik dari situasi ini adalah bagaimana internal partai, khususnya PDIP, sangat berpengaruh terhadap perjalanan politik Mbak Ita saat memimpin Kota Semarang. Banyak isu yang beredar bahwa ada peran-peran internal partai yang justru merusak dukungan terhadapnya. Dalam politik, konflik internal sering kali menjadi musuh terbesar bagi calon yang seharusnya diuntungkan oleh dukungan partai.

Akhirnya, PDIP menjatuhkan rekomendasi kepada pasangan Agustina Wilujeng Pramestuti-Iswar Aminuddin untuk diusung di Pilwakot Semarang 2024.

Jujur informasi ini juga sempat mengagetkan saya, mengingat Iswar Aminuddin bukanlah kader PDIP, tapi birokrat yang menjabat sebagai sekretaris daerah Kota Semarang.

Terlepas dari keluh kesah kawan saya itu, Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) Semarang 2024 menghadirkan dinamika yang menarik, namun sekaligus mengecewakan bagi saya yang juga simpatisan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun