Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerita Pemilih

Agustina Wilujeng di Pilwakot Semarang, Pertempuran Alternatif yang Menjanjikan

16 Agustus 2024   09:25 Diperbarui: 16 Agustus 2024   09:46 54 1
TAK ada keberanian tanpa adanya ketakutan, begitu kata Hua Zhou kepada anak perempuannya Hua Mulan selepas berlatih bela diri dan strategi tempur yang "ngedab-ngedabi". Bahwa, ketakutan adalah salah satu modal untuk mengikuti pertempuran, merupakan hal lumrah dan bahkan bisa jadi sebuah senjata mematikan jika diorganisir dengan tepat.  Setiap prajurit tentu saja akan mengalami fase seperti itu, namun hanya mental dan keterampilan yang mumpunilah yang akan melewati tantangan dengan baik.

Hua Mulan, jelas tak mengira bahwa perintah kaisar untuk melawan pemberontak membuat ayahnya yang sudah sakit-sakitan itu terkena kewajiban untuk ikut peperangan. Apalagi sebagai mantan panglima, Hua Zhou tak mungkin mengingkari sumpahnya sebagai prajurit. Hua Mulan yang melihat ayahnya sudah renta jelas tak tega dan dengan menyamar sebagai laki-laki, ia menggantikan posisi ayahnya untuk mengikuti latihan militer yang dipersiapkan untuk menumpas pemberontakan bangsa Rouran.

Selama latihan militer inilah Mulan menemukan banyak pelajaran bagi kehidupannya. Dengan prinsip yang dia jalani, Mulan menjadi seorang wanita yang tak takut akan tantangan dan risiko yang dihadapi.  

Berproses perlahan untuk memperlihatkan apa yang ia perjuangkan tak akan sia-sia. Hanya risiko yang kamu takuti bukan berarti dirimu tak percaya diri untuk melakukannya, kata komandan Tung, instruktur militernya.

Di saat bertempur menggantikan ayahnya di medan perang, Mulan sempat ragu akan risiko yang diambilnya. Namun perlahan rasa itu pudar dengan tekad dan keyakinan untuk mengalahkan musuh. Tak ada yang tak mungkin jika dirimu telah yakin akan sesuatu yang ingin kamu hadapi, perjuangan dan tekadmu harus lebih kuat dari keraguanmu untuk terus bergerak maju. Buktikan jika dirimu mampu melaui semua kisahmu seorang diri, karena dirimulah yang akan bangga dengan pencapaian yang telah kamu lakukan.

Beberapa kali mengikuti pertempuran, Hua Mulan melewatinya dengan baik, bahkan prestasinya memukul mundur pemberontak diapresiasi oleh komandan dan teman-temannya.  Meski sebenarnya komandan Tung mengetahui bahwa Mulan seorang perempuan, toh ia membiarkan saja dan menganggap sebagai pertempuran alternative yang menjanjikan.  

Namun sebaik apapun ditutupi, akhirnya penyamaran Hua Mulan terbongkar justru pada saat peperangan di titik penentuan. Tak ada jalan lain, komandan Tung mengusirnya dari peperangan, tidak perlu malu sebelum berjuang. Faktanya, itu adalah bukti kejujuran kamu mengakui keraguan tersebut, kata komandan Tung mengisyaratkan kepada Mulan untuk berjuang dengan caranya sendiri.

Sebagaimana konstelasi Pilwakot Semarang yang masih dinamis belakangan ini, munculnya Agustina Wilujeng Pramestuti (PDIP) dalam bursa bacalon wali kota jelas menjanjikan sebuah pertempuran yang menarik. Agustina dalam latihan "militernya" di legislatif setidaknya mendapati banyak pengalaman dan persoalan, ia belajar dengan sangat baik soal kerendahatian atas kemampuannya.  

Dengan pengalamannya sebagai anggota DPR RI, bertemu dengan banyak orang, melakukan banyak kegiatan dan berbagai hal yang membuat ia mumpuni, maka seharusnya tak ada keraguan apakah ia layak atau tidak.

Agustina tidak hadir sekadar sebagai kuota, emansipasi atau apapun istilahnya yang berkait dengan perempuan, sebagaimana analisis semiotika Roland Barthes terhadap film Mulan dalam Journal of Gender Equality and Sosial Inclussion. Dalam salah satu adegan digambarkan Mulan mampu meyakinkan komandan kesatuannya untuk membantuk pasukan kecil dan menyelinap ke istana untuk menyelamatkan kaisar dari pemberontak.  

Dalam konotasinya adegan tersebut dimaknai sebagai simbol kesetaraan gender. Denotasi adegan yang memperlihatkan Mulan berbaju perang warna merah menyala berjalan tegap diiringi pasukan kecil di belakangnya adalah symbol bahwa perempuan sanggup memimpin siapa pun bahkan dalam keadaan genting sekali pun.

Maka dalam perhelatan pilihan Wali Kota Semarang mendatang, saya menduga akan terjadi "pertempuran" yang menarik dan menjanjikan alternative pilihan yang cukup signifikan. Dan jika benar Agustina akan maju sebagai calon wali kota dari PDIP, semoga saya bisa melihat dia berkata dengan gagah, "kamu bilang perjalanan saya adalah sesuatu yang tidak mungkin. Nyatanya saya berdiri di sini dan menjadi bukti bahwa ada tempat untuk saya disini!". (cool mantees)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun