Aku melihat bulan itu muncul dari ufuk tenggara, tak lama setelah pelangi di senja bersama bidadari berkemas, lalu aku berkemas menyambut dengan suka cita, tubuhku begitu lemas, bukan pura-pura lemas, tapi aku tak sanggup melihat ibu sedang bergegas, seakan terburu-buru di dapur dengan ikat mengikat buras, lalu dimasak tidak dengan kayu bakar tapi dengan kompor gas, sembari menunggu panggilan dari anak-anaknya yang masih di rantau, memang niatnya ingin mendulang emas, tapi bertahun-tahun hanya saling memandang di layar.Â
KEMBALI KE ARTIKEL