Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Di Kanjuruhan

3 Oktober 2022   11:50 Diperbarui: 3 Oktober 2022   12:24 114 9
Ratusan nama berlalu abadi
direnggut dan diambil pergi
segelintir nafsu yang menjadi.
Tak ada lagi, selain menyisa sedih.

Semua mengingat, sepanjang masa
di Kanjuruhan massa berdesak
pulang, tersengat asap menyiksa
dan tangisan yang terisak-isak.

Tidakkah lelah mencatat tragedi?
Yang menerus berulang terjadi.
Berhenti menjadi biang keladi!
Apalagi sampai tidak berbudi.

Jika bukan kita,
Maka siapa?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun