direnggut dan diambil pergi
segelintir nafsu yang menjadi.
Tak ada lagi, selain menyisa sedih.
Semua mengingat, sepanjang masa
di Kanjuruhan massa berdesak
pulang, tersengat asap menyiksa
dan tangisan yang terisak-isak.
Tidakkah lelah mencatat tragedi?
Yang menerus berulang terjadi.
Berhenti menjadi biang keladi!
Apalagi sampai tidak berbudi.
Jika bukan kita,
Maka siapa?