"Kau menghendaki kebebasan Nak?" Wajah Mohan yang memar akibat semalaman dipukuli hanya diam, menatap tajam pada seorang pria paruh baya dengan perut buncit dan kancing baju yang berteriak meminta tolong karena tubuh gendutnya baju itu jadi terlihat kekecilan. Mata Mohan yang semalam dihajar habis-habisan terasa sakit tiap menatap, namun tak ingin ia lewatkan satu detik pun untuk menatap pria bengis dengan peci itu. Tangannya diikat, sudah berkali-kali meronta namun tali pada kursi itu tidak juga longgar. "Kau ingin kebebasan berpendapat? Kau ingin kebebasan berbicara? Tidak ada Nak, tidak ada." Senyum menjijikkan, ingin sekali Mohan memukul wajah yang tak asing bagi penduduk setempat karena wajahnya menghalangi pepohonan di pinggir jalan. Wajahnya ada di tiap desa, tiap kecamatan di kabupaten ini.
KEMBALI KE ARTIKEL