Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana Pilihan

Mendengar Kabar

8 Desember 2023   20:25 Diperbarui: 8 Desember 2023   20:35 147 2
Entah ada angin apa rasanya aku ingin segera meneleponmu. Menunggumu meneleponku duluan bagaikan menunggu es mencair di Kutub Utara. Lama tak kudengar kabarmu rasanya tubuhku kekurangan nutrisi. Sejenak otak dan hatiku berantem. Di otak, kenapa harus telepon orang yang mungkin gak peduli sama kamu? Tapi di hati, apa salahnya menelepon duluan? Katakan padanya bahwa kamu peduli dan mengkhawatirkannya. Gak ada salahnya. Sejenak lagi aku coba menelaah, mana yang harus aku ikuti. Pada akhirnya kata hatiku lebih ngotot timbang otakku.

Dering pertama, dering kedua dan dering ketiga akhirnya kumendengar suaramu. Bahagia seketika menghampiri. Alhamdulillah kamu masih hidup, batinku. Kami bertukar cerita menunjukkan bahwa seakan semua baik-baik saja. Bahwa baginya gak memberi kabar kepadaku itu hal yang biasa. Iya juga sih toh kami ini cuma teman. Tapi apakah dia tahu kalau rindu itu menyiksa? Apakah dia tahu kalau mendengar kabar darinya merupakan semangatku?

"...J ketemuan yuk." ajakku.

"Kapan? Sekarang? Kalo sekarang belum bisa Mir. Laporanku belum selesai sementara besok udah Senin, meeting mingguan sis." jelasnya.

"Kerja teruusss.. kapan liburannya sih kamu?" godaku.

"Iyaa nih kebetulan bulan ini padet banget menjelang akhir tahun kan biasalah. Emang kamu enggak yaa? Eh iya deng seorang freelancer mana mengenal laporan ke atasan yaa, adanya laporan ke klien hehe." dia ngajak bercanda.

Aku menanggapi dengan "hmmm hmmmm".

"Sorry banget ya Mir belum bisa ketemu. Semoga pertengahan bulan kita bisa ketemu yaa. Kamu belum ada jadwal ke luar lagi Mir?"

"Luar mana?"

"Luar Negeri?"

"Oh belum, akhir tahun agak mager sih karena enggak ada rencana dari kemarin-kemarin buat kemana-mana akhir tahun ini. Makanya pengen ngajak kamu main."

"Oh gitu. Luar kota juga belum? Ke Bali atau Medan gitu? Eh biasanya kamu rajin ke Bali hehehe." dia ngajak bercanda lagi.

"Enggak. Duitnya mau ditabung aja buat beli epon." jawabku asal.

"Hah bukannya udah punya? Mau ganti yang paling baru kamu yaa? Dasaaar." dia menanggapi serius.

Ya kurang lebih pembicaraan kita penting gak penting ini terjadi selama kurang lebih 2 jam. Aku menikmatinya, tapi gak tahu kalo dia. Apakah dia bosan? Menahan eneg karena harus basa basi? Atau ingin segera mengakhiri?

(Waktu Indonesia Bagian Overthinking pun dimulai.)

Aku tutup pembicaraan dengan doa semoga dia di sana sehat dan dipermudah semua urusannya.

Seandainya rindu ini bisa melipat jarak, rasanya ingin kusampaikan saja perasaan ini. Tapi bagaimana caranya? Aku seorang perempuan yang kurang kreatif untuk memulai duluan memberi signal-signal. Aku yang lebih suka memendam perasaan hingga akhirnya mewek sendiri karena melewatkan kesempatan. Sungguh kali ini aku gak mau hal pahit itu terjadi lagi.

Rasanya sudah kencang kuberi tanda kepadanya tapi sepertinya dia cuek aja. Jangan-jangan signal-signal bertepuk sebelah lagi. Oh Tuhan kapan tepuk tangannya nih. Kapan gayungku bersambut?

Kularutkan diri di hari Minggu yang gundah gulana berteman rindu dilengkapi dengan ekspetasi sendiri hingga malam membenamkanku pada mimpi-mimpi indah. Berharap pagi aku bangun semua rasa ini hilang bagai pasir yang digenggam terlalu erat.

"Selamat pagi Mir. Hari ini agendamu apa? Kebetulan habis meeting mingguan di kantor aku harus ke kantor klien nyerahin editan. Setelah itu aku boleh gak balik kantor. Aku mau WFC aja hehe. Temenin yuk di tempat biasa." pesannya membuatku bangkit dari kasur, mandi dan mempersiapkan diri dengan baik.

Seakan mimpi indah semalam itu menjelma jadi kenyataan di pagi ini. Dia memberiku kabar sekaligus ngajak ketemu. Awal minggu yang menyenangkan sekali.

Pertemuan singkat penawar rindu sungguh menghujam jantungku itu berjalan seperti biasa tanpa kaku tanpa beban. Sembari mendengarkan ceritanya, sesekali memperhatikan dia sibuk dengan gawainya, sesekali dia gantian memperhatikan aku sibuk dengan gawaiku lalu kami ketawa-ketawa bersama. Doa-doa dilangitkan dalam hati. Harapan tumbuh subur bersama senyumnya yang menyejukkan jiwa. Semoga dia mampu merasakan perasaanku, pun semoga dia punya perasaan yang sama. Layaknya harapan seorang yang sedang jatuh cinta kan?

"Terima kasih yaa J, kamu sudah meluangkan waktu buat ketemu." ucapku saat akan berpisah.

"Sama-sama Mir, nanti kita janjian lagi yaa." senyumnya mengakhiri pertemuan ini.

Akankah ada pertemuan selanjutnya? Atau biarkan rindu menguasai hati sampai waktu yang tepat untuk bertemu itu terjadi. Karena sesungguhnya, yang diharapkan adalah bukan menunggu waktu luang tapi bagaimana kita bisa meluangkan waktu untuk orang yang kita sayang.

Dalam perjalanan pulang aku terdiam. Aku percaya, gak akan salah waktu. Kalo sudah waktunya, pasti terjadi. Kalo sudah waktunya aku bersamamu, pasti akan terjadi. Dan kalo memang itu kamu, pasti akan terjadi, kita akan bersama selamanya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun