La Cuisine Français. Siapa bilang masakan Prancis itu sulit? Buat saya masakan Indonesia lebih sulit dan complicated dengan bumbu-bumbu dan rempah-rempah serta waktu yang lama untuk memasaknya. Pelajaran selanjutnya dalam bahasa Prancis kali ini adalah masakan Prancis. Kali ini saya ditantang untuk membuat masakan Prancis, pertama-tama mereka menuliskan saya nama menu di kertas, kemudian saya membuatnya. Grace à l’internet (terimakasih pada internet), saya diberi kemudahan untuk mencari gambar dan berbagai resep masakan Prancis. Voila, masakan Prancis dengan sentuhan tangan Indonesia memang tiada tandingannya. Tangan Indonesia yang biasa bermain dengan bumbu membuat masakan Prancis menjadi kaya akan rasa. Beberapa masakan Prancis yang pernah saya buat adalah masakan khas musim dingin : Blanquette de Boeuf (semacam sup daging dengan tambahan crème fraise dan sayuran segar), makanan khas musim panas salade de riz (campuran nasi dingin, jagung, selada, tomat segar, olive, dan saus balsamic) sangat cocok dimakan dibawah teriknya matahari. Pelajaran yang saya ambil disini adalah saya dituntut untuk mengetahui istilah-istilah memasak sekaligus mempraktikannya. Apakah teman-teman tahu bahwa selama ini sup-sup ala Prancis yang dijual dibeberapa café di Indonesia seperti cream soup dengan jamur dan ayam, ternyata kenyataannya bukanlah sup ala Prancis, bagi mereka itu adalah saos pendamping steak. Yang dinamakan sup disini adalah campuran sayur-sayuran yang direbus di air kaldu sampai matang lalu diblender sampai benar-benar halus.
Bekerja di sebuah toko meuble. Selain sebagai au pair girl, saya pun bekerja di toko meuble keluarga Prancis tempat saya tinggal. Saat musim panas adalah puncak-puncaknya pengunjung, dimana permintaan meuble du jardin (meuble taman) sedang meningkat. Saya pun membantu proses pemaketan di depot meuble tersebut. Pelajaran yang saya dapat disini adalah bagaimana kita membungkus perabotan itu hingga siap dikirim melalui jasa pengantar atau manual melalui kantor pos. Dan ini bukan pekerjaan yang mudah, disini saya diajarkan bagaimana membaca suatu bon pemesanan dengan kode-kode barang berupa angka. Mengapa tidak mudah ? Pertama, depot yang begitu besar, dengan barang-barang yang masih dikardus dan terletak di tingkat, membuat saya harus memanjat hanya untuk melihat kode barang tersebut, disini kehati-hatian kita diuji karena salah satu angka saja barang tersebut sudah berbeda. Kedua, setelah menemukan barang, barang tersebut kita kumpulkan untuk siap dibungkus. Suatu kenikmatan jika dalam satu bon pemesanan hanya ada satu jenis produk, namun suatu kerja rodi ketika dalam satu bon pemesanan ada minimal 5 barang yang berbeda. Ketiga, membungkus paket, walaupun barang-barang tersebut sudah dibungkus kardus, namun agar membuatnya tidak tercecer dan mudah dikirim, kami harus melapisnya dengan plastik film dan setelah itu diberi perekat disekelilingnya. Yang terakhir dan yang terpenting adalah jangan lupa memberi nama pemesan sebelum ditempel stiker pos, karena jika tidak semua paket akan terlihat sama dan bisa mengakibatkan kesalahan fatal dalam pengiriman nantinya. Untuk pemesanan dalam kota biasanya kita antarkan pesanan itu langsung ke tempat tujuan, dan hal yang paling menantang disini adalah saya mengemudikan mini bus dan juga mencari alamat si pemesan. Pembelajarannya adalah hidup itu keras teman, jadilah orang yang kuat !
Kembali lagi ke Narbonne, kota yang tenang dan menyenangkan untuk mereka yang menyukai laut, pantai, rawa-rawa, kanal, itulah Narbonne. Narbonne terletak dekat dengan Canal du Midi (kanal tengah hari) yang berhubungan dengan Aude Rivier (sungai Aude), dimana dihubungkan dengan Canal de la Robine (kanal Robine) yang membelah pusat kota Narbonne. Dimana saat musim panas kita bisa menikmati berlayar dengan kapal pariwisata sepanjang kanal atau hanya sekedar menghabiskan sore menikmati suara air di bawah pohon rindang sepanjang kanal ini.
Narbonne terletak di Via Domitia, sebuah Romaine Road yang pertama kali di bangun di Gallia, daerah Eropa barat pada zaman besi atau iron age dan Roman era, yang menghubungkan Italy dan Spanyol. Sisa peninggalan via domitia ini masih dapat ditemukan di pusat kota tepat di depan kantor walikota Narbonne (la mairie de Narbonne). Tepat di belakang kantor walikota terdapat La Catedrale Saint-Just et Saint-Pasteur, salah satu katedral dengan menara tertinggi di Prancis, uniknya sampai saat ini pembangunan katedral ini belum diselesaikan dan masih dijaga keasliannya. Ketika masuk kedalamnya, teman-teman bisa melihat sebuah organ raksasa yang pipa-pipa musiknya menjulang tinggi hampir menyentuh langit-langit katedral. Cahaya-vahaya matahari yang masuk melalui kaca-kaca patri membuat katedral ini begitu megah dan indah. Selain situs-situs budaya tersebut diatas, masih banyak lagi situs-situs medieval lainnya seperti l’église Notre-dame de Lamourguier (gereja Notre-dame de Lamourguier), La Musée Lapidaire (Museum Lapidaire), Basilique Saint-Paul de Narbonne, L’abbaye de Fontfroide yang terletak tidak jauh dari Narbonne.
Les Halles, yang dibangun pada 1 Januari 1901, arsitektur bergaya Baltard ini sekarang dijadikan pasar tradisional yang menjual produk-produk segar di Narbonne. Walaupun namanya pasar tradisional, namun harga-harga produk yang dijual lebih mahal dibandingkan hypermarket yang ada, mungkin karena yang dijual disini adalah produk-produk regional yang berkualitas tinggi. Disini kita bisa menemukan stand keju, wine, ikan segar dari laut Mediterania, dan masih banyak lagi.
Laut, pelabuhan dan pantai, Narbonne adalah surganya. Beberapa pantai yang bisa diakses dari Narbonne adalah la plage de Narbonne (pantai Narbonne),tempat dimana teman-teman bisa berjemur sepanjang musim panas, la plage Saint-Pierre de la Mer, tempat dimana teman-teman bisa menikmati banyak night club yang buka sepanjang malam hingga pagi hari atau restoran-restoran seafood yang enak. Les Cabanes de Fleury, ingin menikmati pantai yang sepi dan lebih privat, disini tempatnya. Port la Nautique, sebuah pelabuhan kecil dimana teman-teman bisa menikmati camping di dekat pelabuhan menikmati pemandangan burung-burung dengan indahnya, tempat ini cocok untuk teman-teman yang tidak terlalu suka matahari, karena disekitarnya banyak sekali pohon rindang. Leucate Méditerranée, pantai dan pelabuhan yang benar-benar bisa memanjakan mata teman-teman. Satu kata, ketika saya pertama kali menginjakan kaki disini adalah amazing !! Mungkin kalau teman-teman ada yang suka olahraga menantang seperti bungee jumping, ini adalah tempat yang paling sempurna. La plage de Gruissan, bisa dibilang ini adalah paket komplit pecinta pantai, terletak di kota kecil Gruissan, 20 menit dari Narbonne, pelabuhan, kota yang selalu ramai ketika musim panas, night club, restoran klasik di pinggir pelabuhan, festival musim panas, disinilah pusatnya.
Festival Trenet. Dimulai pada tanggal 3 Maret 1995 yang ditujukan untuk menghormati musisi Jazz lokal Narbonne, Charles Trenet, yang kemudian menjadi festival tahunan, dimana biasanya diadakan perlombaan seni dan musik yang juga menghasilkan penyanyi-penyanyi handal dari Prancis. Keunikan dari festival ini adalah sepanjang jalan pusat kota Narbonne yang disulap menjadi festival seni dan musik di jalan-jalan atau dikenal dengan istilah « festival des arts dans la rue ». Narbonne, seni, musik, dan puisi, kota dengan sejuta seni.
regards,
Andi Liza Patminasari
Penerima Beasiswa Unggulan Kemendikbud RI