Dengan modal Mobil hijet 55 open cap saya mencoba usaha mandiri dengan mendapatkan penghasilan dari upah angkut, pekerjaan ini tidak bertahan lama sehingga saya kembali bekerja sebagai Sub upah kerja dari borongan pekerjaan di PT.Tuju wali wali cabang manado. pekerjaan ini pun tidak bertahan lama sehingga saya putuskan bekerja sebagai sopir angkutan umum. dan bahkan pernah bekerja sebagai kuli bangunan tapi Udin anwar mertuaku selalu mensuportku agar aku tetap menjadi tulang punggung keluarga. terkadang aku sering kena marah tapi marahnya itu seperti : "ayah marah pada anaknya". dan dia sering bercerita tentang dirinya bagaimana dia bisa bertahan hidup di kampung orang, dan suka dukanya selama hidupnya banyak dia utarakan padaku agar aku dapat bekerja untuk keluargaku.
Saat aku pamitan ingin ke makassar karena kondisi saat itu tahun 1996 sangat sulit atau dikenal dengan krisis moniter,sepertinya lapangan kerja sudah sangat sulit dan perusahaan PT.Tuju wali wali sudah pindah ke Makassar karena tidak ada lagi proyek. Setelah aku berada di makassar aku bekerja sebagai sopir taxi dan setelah setahun istri saya tinggalkan dengan mertuaku udin anwar saya pun meminta kepada mertuaku agar istriku bisa ke makassar jalan jalan sekaligus istriku bisa melihat situasiku dan keluargaku soalnya saat kami menikah orang tuaku tidak pernah melihat istriku. Udin Anwar pun akhirnya mengizinkan putrinya serta cucunya ke Makassar.
Saya masih ingat kalau istriku bersama anakku saat itu ke makassar dengan mengunakan kendaraan umum dan saat itu lagi terjadi demo mahasiswa dan masyarakat menghancurkan semua toko toko cina sebab saat itu ada seorang pembantu yang dibunuh majikannya yang etnis tion hoa sehingga membangkitkan kemarahan masyarakat.
kusadari prilaku saya saat itu sering kasar dengan istriku, dan aku dicap orang yang ringan tangan. mungkin pada saat itu aku belum mengenal betul, apa arti keluarga..??? dan sikap seorang suami terhadap istrinya. dan aku tidak pernah merasa bersalah, atau menganggap diriku ini selalu benar, mungkin pada saat itu emosiku tidak terkontrol karena aku kehilangan pekerjaan gara gara saya sebagai sopir pribadi saat itu mendapatkan musibah tabrakan dan aku di PHK. melihat kondisi di Makassar tahun 1998 saat reformasi bergulir aku diajak sepupu ayahku untuk bergabung di medianya dan aku di tempatkan sebagai koresponden Sulawesi utara. Dan akupun kembali ke manado duluan, istriku dan anakku menyusul dibelakang, saat aku tiba tidak bersama dengan anak dan istriku, Udin Anwar bertanya : "mana ngana pe anak den na pe bini"..? Lalu Ku Jawab:" Nanti dia Menyusul karena kita baru mengusahakan uang mobilnya,karena kita baru dapat kerja sebagai wartawan di manado..?jelasku.
setiap malam saya dengan udin anwar tidur sama sama dan sebelum tidur dia banyak cerita soal perjalanan hidupnya dan saat remajanya dia sudah kenal dengan ganasnya kehidupan kota serta menceritakan semua saudaranya yang hidup terpisah pisah hingga ada diantaranya tidak pernah ketemu hingga akhir hidupnya. hingga dia bercerita soal perkawinannya dengan neli yang diketahuinya sudah punya anak satu laki laki yang dibawa keluarga ayahnya ke jakarta. Walau dia sudah pisah dengan Ibunya istri saya tapi dia tetap saling sapa seperti layaknya adik - kakak, sebab neli yang pernah hidup bersamanya sudah bersuami dan hidup di daerah transmigrasi ikarat kotamubagu sulawesi utara.
Lanjutannya : "Mengenang udin anwar sebagai sosok ayah (III).
simak terus ceritanya, karena ini adalah kisah nyata yang aku alami. "Pasti semakin seru"......