Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Jangan Sampai Indonesia Seperti Italia

9 April 2011   12:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:58 1069 5
Beberapa hari yang lalu ada tulisan di Kompasiana tentang kotornya WC di kota Padua ,  Italia. Orang menyeberang jalan pun sesukanya  dan ada pedagang asongannya , tak seperti di kota-kota lain di Eropa yang dikunjunginya. Pendeknya , mirip Jakarta , tulisnya. Entah ini merupakan pujian atau apa .

Hal ini mengingatkan penulis pada  film dokumenter  yang membedah  tentang  politisi yang sangat  kaya di Italia , yaitu Silvio Berslusconi.

Sejak tahun 1969  - 1980  Italia dilanda  gelombang  bom .  Menurut yang diwawancarai di dokumenter itu  ( mantan jaksa , mantan politisi   dll ) , hal ini ada hubungannya dengan organisasi rahasia ( atau , setengah rahasia ) , P2 dan maffia di Italia yang memerangi pemerintah  . Tentunya organisasi ini , P2 , menolak  tuduhan tersebut.

P2 memiliki banyak anggota dan bertujuan untuk menginfiltrasi badan intelijen , militer  dll.  Kemudian obyek infiltrasinya diperluas menjadi  pemimpin bank , pengusaha papan atas dll.

Tujuan akhirnya adalah penggantian negara demokrasi menjadi negara fasis , di mana SATU orang yang berkuasa penuh. Anggota parlemen  fungsinya cukup menjadi tukang stempel saja ; yes sir .Serikat kerja juga dipersilakan pergi jauh-jauh. Dan orang yang banyak omongnya di Kompasiana , silakan buat paspor dan menjadi pengungsi politik.

Salah satu anggota mudanya adalah si Berlusconi. Sekitar 1000 kaum elite menjadi anggota P2 , tidak heran network tersebut menguntungkan Berlusconi dalam membiayai ekspansi bisnisnya dan dalam dunia politik.

Ekspansi bisnisnya tentu saja dilakukan dengan jalan kasar , tanpa memperdulikan etika bisnis , apalagi hukum yang berlaku. Misalnya soal saluran televisinya. Ada 3 , walau seharusnya dia berhak cuma 2. Walau pun pengadilan di Uni Eropa telah memutuskan agar Berlusconi memberikan saingannya saluran itu , tetap saja dia tak peduli !

Bukan cuma itu , selama sekitar 16 tahun dia berkuasa , ada 36 hukum yang dibentuk olehnya  ( atau , oleh kaki tangannya)  agar  dia / bisnisnya bisa lolos dari jeratan hukum !

Dilengkapi dengan kekayaannya yang mampu membayar saksi yang palsu...

(Tak urung juga menjadi  bertanya-tanya dalam hati : Membunuh orang ? )

Kita bersyukur  bukan kita yang mempunyai politisi nasional yang SANGAT memalukan Italia di Eropa .

Namun ada kesamaan kita yang menyedihkan dengan Italia juga :

1.Rendahnya mutu siaran televisi nasional ( TVRI )  kita

Hal ini harus segera diperbaiki. Kalau tidak bisa secepatnya memproduksi produk yang baik , sebaiknya ambil jalan singkat untuk sementara , beli lebih banyak program dari BBC  dan National Geographic.

2. Tinggikan  siaran televisi swasta

Saya tidak tahu bagaimana aturan soal ini . Tapi itu urusan anggota parlemen itu mengwujudkan.  Haruskan televisi swasta menyampaikan siaran dari BBC dan National Geographic pada jam-jam di mana anak sekolah biasanya berada di depan televisi.

Kalau kita mau negara kita maju , maka penduduknya harus mampu berpikir sendiri. Berpikir kritis , berpandangan luas , kreatif . Kalau televisinya kebanyakan menyiarkan sinetron dan sampah-sampah lainnya. Yah , adakah yang heran kalau jadinya  garbage in , garbage out  ?

Andi KT :

http://green.kompasiana.com/iklim/2011/04/08/gambaran-jakarta-yang-baru/

http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/03/31/cinta-bisa-membuat-gila-dan-patah-hati-pun-bisa-mematikan/

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun