Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Menjemput Sektor Maritim, ala Calon Presiden

24 Juni 2014   15:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:21 160 1
Sebagai bagian dari sektor pembangunan negeri ini, sektor maritim sudah merupakan sektor yang perlu untuk diperhatikan dan mendapatkan penegasan lebih, mulai dari peningkatan ekonomi bangsa melalui industri maritim hingga pariwisata baharinya. Negeri ini memiliki potensi lebih dari cukup akan sumberdaya alamnya, namun negeri ini juga memiliki sejumlah ironi yang lebih dari cukup dari apa yang seharusnya dapat dikembangkan bersama, termasuk sektor maritim negeri ini.

Kekuatan Maritim Indonesia

Indonesia sering disebut-sebut sebagai negara kepulauan, negara maritim, ataupun negara bahari. Namun hingga saat ini, sepertinya konsentrasi pembangunan negeri ini bukan berada pada sektor ini, sehingga kerangka pondasi yang ada saat ini bukan berada pada sektor maritim. Perikanan laut, pariwisata bahari, pertambangan laut, industri kelautan, perhubungan laut, bangunan kelautan dan jasa kelautan, merupakan sektor yang sangat mungkin untuk dikembangkan, mengingat kurang lebih 75 % wilayah Indonesia merupakan lautan, dengan potensi ekonomi yang sangat besar serta berada pada posisi geo-politis yang penting yakni Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, yang merupakan kawasan paling dinamis dalam dinamika dunia baik secara ekonomi dan politik. Dengan begitu sangat masuk akal jika perikanan dan kelautan atau khususnya sektor maritim kita dapat dijadikan tumpuan dalam kedaulatan bangsa dan perekonomian nasional.

Pembangunan sektor maritim menjadi tertinggal ketika konsentrasi pembangunan kita berada pada sektor yang lain, yang memang cenderung mudah untuk dikembangkan dalam waktu singkat, dan juga sama-sama memiliki nilai kebermanfaatan yang besar untuk pembangunan. Namun sangat ironis kemudian jika di negara-negara tetangga yang tidak memiliki kekayaan maritim yang besar, tetapi mereka dapat hidup dan maju melalui sektor ini dibandingkan dengan negara kita. Kemana saja kita, ketika negara kepulauan lain sedang berbondong-bondong untuk memajukan negaranya melalui potensi yang mereka miliki, yaitu perikanan dan kelautannya.

Konsep Maritim Capres

Terlihat dibeberapa kesempatan, baik di forum debat atau kampanye terbuka, kedua calon mulai mengemukakan konsepnya mengenai sektor maritim Indonesia. Pada beberapa kesempatan tampak jelas tergambar bahwa kedua pasangan memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, pasangan nomor urut 1 (Prabowo-Hatta) cenderung makro dan konseptual dalam menjelaskan, serta mengambil garis besar dari apa yang akan dilakukan jika terpilih nanti, sedangkan pasangan nomor urut 2 (Jokowi-JK) cenderung mikro dan teknis dalam menjelaskan, serta langsung menjelaskan solusi implementasinya dilapangan. Pasangan Prabowo-Hatta menyebutkan bahwa konsepnya yaitu mengenai penambahan kapal-kapal, penambahan jumlah penjaga pantai, dan salah satu cara meningkatkan sektor maritim adalah dengan menekan biaya logistik kelautan. sedangkan Jokowi-JK menyebutkan konsepnya bahwa akan membangun tol laut guna memudahkan transportasi logistik perdagangan yang menyebar ke seluruh wilayah Indonesia, juga membangun sistem pesawat tanpa awak (drone) guna mengontrol titik-titik adanya illegal fishing.

Apabila kita cerna lebih lanjut, kedua pasangan calon sudah jelas sama-sama ingin mulai memperkuat sektor maritim. Konsep tol laut Jokowi-JK memang kita butuhkan, dan jika berhasil ini akan dapat menekan biaya distribusi logistik, sehingga perputaran ekonomi dan pembangunan industri di setiap wilayah akan efisien. Namun, konsep ini menjadi tersandung jika muncul pertanyaan-pertanyaan mengenai realita dalam pelaksanaanya, dengan mempertimbangkan permodalan dan segala kemungkinan alam yang mungkin terjadi. Konsep pesawat tanpa awak (drone) juga menjadi menarik ketika pencurian ikan-ikan oleh asing sering terjadi dan tidak dan sulit dikontrol, konsep ini bagus dan akan mengurangi terjadinya pencurian ikan oleh asing.

Konsep Prabowo-Hatta tentang galangan kapal, jumlah kapal nelayan dan kapal patroli memang masih dirasakan kurang, konsep ini lebih menekankan bahwa penguatan atau pemberdayaan pelaku dan infrastruktur maritim perlu dilakukan lebih tajam lagi dari apa yang telah dilakukan pemerintah SBY. Namun, konsep ini menjadi kurang bertaring, karena kurang mengupas solusi detail mengenai masalah penguatan sektor maritim yang segar dan menggugah. Akan tetapi konsep ini menjadi dirasa realistis, ketika memang restorasi maritim yang tidak dapat dilakukan dengan cepat dan langsung begitu saja, karena pondasi pembangunan yang ada saat ini kurang mapan untuk sektor maritim ditempatkan sebagai poros utama, konsep Prabowo-Hatta yang memupuk sedikit demi sedikit pondasi maritim akan berpotensi memperkuat kedaulatan di masa yang akan datang.

Menjemput yang Tertinggal

"Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Bangsa pelaut dalam arti seluas-luasnya, bukan sekadar jongos-jongos di kapal. Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan itu sendiri!" (Soekarno, 1953). Sepenggal kutipan dari Presiden pertama negeri Indonesia kita tercinta ini menyadarkan kita sebagai bangsa, untuk bisa mengusahakan agar bangsa kita memperhatikan sektor maritim negeri, menyadarkan kita bahwa pengelolaan, pemanfaatan dan pemberdayaan sumberdaya maritim haruslah dilakukan dengan arif dan bijaksana agar kita sebagai bangsa mampu berdiri sendiri, dan berani menjawab tantangan yang ada.

Menurut sejarah, kejayaan maritim kerajaan Sriwijaya dan Majapahit sangat disegani dan menyebar luas ke Asia Tenggara. Puncak kejayaan maritim bangsa kita yang paling besar adalah tercapai pada abad ke-14 ketika Majapahit yang berpusat di Jawa Timur ini menguasai seluruh Nusantara bahkan pengaruhnya meluas sampai ke negara-negara asing tetangganya. Kejayaan nenek moyang Indonesia dalam sektor maritim dapat menjadi gambaran dan tolok ukur bahwa Indonesia sesungguhnya bisa, Indonesia bisa berdiri tegak, Indonesia bisa kembali bangkit untuk mewujudkan dan menjawab tantangan dari setiap peluang yang ada.

Menjemput kembali kejayaan bangsa Indonesia yang tertinggal merupakan suatu keniscayaan. Tidak dapat dipungkiri lagi Indonesia memerlukan pemimpin yang bersih, tegas dan memiliki ketulusan dan arah yang jelas untuk perbaikan negeri. Sektor maritim memang memiliki biaya, waktu dan energi yang tidak sedikit, namun disitulah tantangan kita sebenarnya, bagaimana kita sebagai bangsa dapat menjawab tantangan, dapat mengambil peluang, dan dapat berani mengambil resiko yang sebenarnya kelak dapat membawa Indonesia ke kejayaan seperti sedia kala. Semoga.

Sumber gambar: http://hanseboot.de/art-maritim/kuenstler/

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun