Awalnya ada yang berbagi cerita tanpa menyebut sumbernya
Ternyata cerita itu ramai dibaca dan dikomentari.
Yang berikut ini hanya sebagiannya saja. Sayang jika cerita lucu itu tidak dinikmati juga yang tidak ikutan grup.
Yuk kita simaknya.
Ini cerita tentang masa kecilku di Medan. Kami punya tetangga yang kami panggil Uwak Muka, karena dia tinggal di muka rumah kami. Di halaman rumahnya yang lebar, kami biasa main guli, alip berondok dan patok lele juga kuda tunggang. Kalau main kuda tunggang, ada kawanku yang suka main jerahap. Jadi dia jarang kami ajak main. Dia pun merajuk dan ngga mau cakapan lagi sama kami. Dia eskete-in kami tapi kami los-in aja.
Waktu SD, ada satu kawanku yang kerja bapaknya mocok-mocok dan mamaknya jualan kede sampah. Biasanya aku suka disuruh beli minyak lampu sama minyak makan ke kede mamaknya itu. Jadi, aku main ke rumahnya sambil bawa jerigen. Biasanya bapaknya suka duduk di teras rumahnya sambil nulis kupon porkas dan merokok kompil.
Kawanku itu punya satu abang, satu kakak dan satu adik perempuan. Abangnya agak jontik dan getek . Asal ada anak gadis yang lewat suka diperlinya. Tapi ngga ada pulak yang open
Kalau kakaknya yang perempuan itu terkenal pantat berasap, pantang nengok cowok punya kereta bagus pasti dikepeknya.
Adiknya yang perempuan paling cantik dan baik. Tapi rambutnya yang panjang jarang ditocang dan lebih sering digerbang. Jadi suka semak nengoknya.
Untunglah kawanku itu anaknya asoy dan selow. Kawannya juga banyak. Agak-agak leboi juga anaknya. Tapi kok aku bisa lupa siapa namanya...
Udah, kekgitu aja ceritanya, kalau ngga ngerti bacanya, berarti bukan anak Medan
Enak kali ku rasa membaca cerita Medan kau ini. Jadi ingat pulak aku ke masa kecilku waktu di Medan. Kami dulu tinggal di kampung Pandau antara Sungai Kera dan jalan Melaka. Persisnya di jalan Teluk Betung. Aku lahir di sana ditangani bidan.
Aku sempat jumpa sama mak bidan itu waktu umurku 6 tahun. Rumahku itu sudah tidak ada. Sudah di jual tidak lama setelah ayah meninggal .
Ayah dikuburkan di tanah wakaf Kayu Besar di jalan Thamrin.
Waktu kecil aku juga suka main guli, main patok lele, galah panjang, main berondok dibalik pokok jambu dan lainnya.
Juga ada kedai sampah diujung jalan rumah ksmi, tempat Mak kalau beli minyak, garam dan gula kedai si Apek, setengah tua yang setiap hari cuma pakai kaos dalam. Kalau aku di suruh mak beli minyak atau gula disana selalu tidak dibayar langsung. Utang dulu.
Si Apek ini cuma mencacat saja. Waktu aku mau pulang si Apek bilang: Tal karena dia tidak bisa bilang Tar singkatan dari Muchtar karena masih totok lidahya, bilang sama Mak halganya dua lupiah
Waktu aku kerja praktek di Asahan, tempat menginapku malam pertama adalah Rumkan Asahan punya bu Haji di Tebing Tinggi. Hari pertama aku pesan motor utk survey pendahuluan, yang datang adalah bus pulak, waktu kuterangkan yang diperlukan adalah sepeda motor, orang Tebing bilang, kalau itu yang kau maksud pesanlah kereta motor.
Waktu masuk kebun sawit, kubutuhkan sepeda, pembantu surveyku bilang pesanlah kereta angin. Nanti kalau lewat pasar hitam baru kita naik kereta motor lagi.
Anggotaku senang kalau lewat pajak, sebab bisa belanja macam macam kebutuhan.
Kalau cari tempat menginap mereka cari dekat kampung yang ada kedai sampahnya. Sebab kalau malam mereka bisa minum pigur atau kamput, kuingatkan mereka hati hati, tenggen kau kalau terlalu banyak
Terima kasih kawan jadi ingat juga kau cakap Medan. Orang di Medan itu memang lucu. Spedamotor disebut kereta atau honda. Kalau speda motornya merek yamaha sebutannya honda yamaha.
Dulu laundry untuk dry cleaning hanya ada satu, mamanya Globe. Kalau mau melaundry pakaian mengatakannya mengglobekan baju....hehe