Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature Artikel Utama

Jikalau Bisa Diatur, Mengapa Harus Dibuang?

19 April 2012   04:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:26 836 4

Barang bekas dibuang sayang, disimpan merusak pandang. Demikian kadang pembuat dilema saat potongan balok, pecahan bata, kaleng cat, botol plastik, potongan pipa dan lainnya berserak di halaman. Gerobak, linggis, sekop, kuas bekas dan aneka alat lain, juga  terkadang memakan ruang serta mengganggu mata saat setelah alat-alat tersebut diistirahatkan.

Ada juga  yang langsung membuangnya, menumpuknya di gudang atau disimpan di atas plafon. Memang problem mengganggu itu teratasi sekejap, tetapi saat akan kembali menggunakannya, kita akan kesulitan karena harus kembali memanjat plafon dengan keringat mengucur serta jelaga hitam membedaki pipi yang berkeringat. Belum lagi jikalau ingus pun turut meleleh.

Tetap indah walau diletakkan bukan pada tempatnya, adalah sesuatu yang aneh. Bukankah pepatah sejak jaman bahulea tidak berubah, “tempatkan sesuatu pada tempatnya”. Jangan kuno, justru karena keanehan itulah yang membuatnya unik, dan keunikan itu sendiri  estetika. Semua manusia tentu berharap keindahan, kelapangan, kemanfaatan dan kebaikan.

Lalu bagaimana dengan kaleng bekas dan botol plastik? Wadah cat bisa dijadikan pot. Tentu akan lebih rapi jikalau sebelumnya dicat seragam. Karena wadahnya kecil, kaleng cat tepat untuk tanaman merambat. Ada pun kaleng cat yang belum diisi tanaman, bisa ditumpuk bersusun atau berbanjar. Bentuknya bisa menyerupai pagar mini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun