Ada yang berargumentasi bahwa musuh membaca adalah Internet. Para remaja bisa menghabiskan waktu berjam-jam di internet. Dan inilah mengurangi literasi, merusak kemampuan memfokuskan perhatian dan menghancurkan suatu kebudayaan milik bersama yang hanya bisa eksis lewat kegiatan membaca buku.
(Motoko Rich : "Literacy Debate: Online, R U Really Reading?" 2008)
Betulkah budaya membaca buku dan kajian literasi sudah tergerus semenjak ramainya website di internet, yang menyajikan beragam informasi? Saya ingin meriset diri sendiri.
Jujur, buku yang terkoleksi olehku, sepertinya tidak banyak bertambah. Walau saya tahu bahwa informasi yang saya butuhkan ada di buku, tetapi saya lebih senang bertanya ke paman Google, tante Wiki ataupun website penyedia lainnya. Mudah dan instan.
Bantaeng, 26 Januari 2011