Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Arfan Doktrin;Kreasi Tiada Henti

27 November 2010   12:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:15 357 5

Lebih aku hargai pahlawanku, daripada seorang presiden dari negara lain

(Arfan Doktrin)

Dari semua status yang membanjiri jejaring social facebook, hanya status itu yang membuatku bergetar. Seolah sama bergetarnya diriku, saat Obama berucap, “pulang kampung nih….”. Tentu tidak sepadan jikalau saya membandingkannya. Setidaknya hanya dua sosok itu yang membuat nasionalismeku terbakar saat itu.

Obama tentu adalah sosok dengan kharisma mendunia, Kak Appang hanyalah figure yang mengabdikan dirinya untuk lingkungan, anak muda, seni dan pariwisata yang bertaraf lokal. Kak Appang terkenal nyentrik dengan celana pendeknya, begitu kreatif, sederhana dan juga ‘keras’ bagi anak binaannya. Bagi Dia, selalu ada jalan ketika kita mau menggunakan otak kita berpikir, dan hati kita merasa. Jangan cepat mengalah, hanya karena masalah yang seolah kita anggap telah membunuh kita. Pesan ini, selalu saya pegang.

Di Kabupaten Bantaeng, yang luas wilayahnya terkecil di Sulsel ini, sosok Kak Appang hadirmenginspirasi pemerintah kabupaten dan anak muda. Beliau yang berlatar sarjana Arsitektur adalah perancang dan pengelola resort and outbound Loka Camp. Lokasi dan program outboundnya, saya kira yang terbaik di Sulawesi Selatan. Dulu. Setidaknya yang pernah saya lihat di Malino dan Bantimurung. Desain arsitektur resortnya juga khas, bernuansa minimalis tropis dan terletak di pegunungan Sinoa yang sejuk. Tercatat, berapa perusahaan terkenal, kampus, instansi pemerintahan sudah pernah tergembleng di lokasi otbound ini.

Kak Appang juga adalah instrukturnya, termasuk saya yang pernah ikut membantu saat dilaksanakannya Outbound, Youth Nusantara Unity (Youtarity). Outbound ini menghadirkan perwakilan pemuda KNPI di seluruh Indonesia. Sayang tidak semua hadir, tetapi kegiatan ini ramai dan berkesan. Saat ini resort dan outbound itu sudah tidak terurus lagi sejak pergantian bupati baru. Dinas Pariwisata, mengambil alih pengelolaannya. Kak Appang yang merancangnya ternafikkan, dan kini tidak pernah lagi terdengar kegiatan di tempat itu, Walau kak Appang sendiri masih tetap menjadi instruktur outbound di tempat lain. Seolah ada yang membunuh salah satu citra pariwisata Bantaeng itu. Entah apa masalahnya. Saya kurang tahu persisnya.

Di Warung kopinya yang khas dan terdesain begitu indah dan alami, saya selalu menghabiskan waktu untuk sekedar berbincang-bincang, browsing internet, rapat atau menggelar kegiatan dan acara kesenian, yang kebanyakan dari kegiatan itu di desain Kak Appang sendiri. Appang, telah menciptakan ruang kreatifitas di Bantaeng sekaligus sebagai tempat usaha untuk nafkah tiga anaknya yang masih belia, Pilar, Feby dan Trilyun.

Selain usaha warung kopi, Kak Appang sebagai arstektur, juga menangani proyek infrastruktur sebagai perencana dan konsultan. Dijamin, desain gambarnya sangat khas dan berwawasan lingkungan. Ia berkomitmen untuk setiap desain bangunannya tropis tradisional, sejuk, dan tanpa air condicioner (AC). Komitmennya terhadap lingkungan dan pariwisata (walau tanpa dibayar), telah menciptakan berbagai kegiatan, diantarannya pameran pertanian, banana boat, lomba sepeda gunung, konser musik yang bertema alam, perdamaian dan spirit kebangsaan, serta seabrek kegiatan lainnya. Saya lihat, beliau tidak pernah lelah berkreasi.

Umurnya tidak muda lagi, mungkin sekitar 45 tahunan. Tetapi Kak Appang telihat lebih muda dibanding teman seangkatannya yang kini sudah banyak menjadi anggota legislatif, bos perusahaan, PNS dan bahkan telah ada yang menjadi Bupati. Walau beliau pengurus teras Partai Politik besar, komitmenya tidak akan pernah mau menjadi anggota legislatif.

Anggota DPRD itu banyak pusingnya, sedikit uangnya kalau mau berlaku waras” demikian katanya. Lebih baik berteman dengan ‘mereka’, daripada harus menjadi mereka itu. Mungkin karena tidak banyak pusing dan banyak aktifitas ini, Kak Appang terlihat lebih muda.

Arfan Doktrin, yang namanya diinspirasi Ayahnya, doktrin Soekarno saat dia lahir, menjadi spirit tersendiri baginya. Nasionalismenya serasa kental seperti doktrin Soekarno, walau dia tidaklah berhaluan idelogi seperti anak-anak Bung Karno. Sosok ini, juga pernah berada di tengah bara konflik SARA di Ambon. Situasi lingkungannya sangat mengancam nyawanya, karena dia berada di lingkungan yang mayoritas berbeda dengan agamanya. Arfan seorang Muslim, tetapi diselamatkan oleh seorang kristiani yang baik. Dari pengalaman traumatik inilah, yang mungkin menginspirasi beliau untuk survive sambil mengangkat tema perdamaian dan kebangsaan disetiap kreasinya.

Bantaeng, 26 November 2010

Sumber Foto: Dari Album FB Arfan Doktrin , Celebes Tourism dan dokumentasi pribadi

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun