Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Bahkan Penulis ‘Kampungan’ Pun Headline di Kompasiana

11 November 2010   16:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:41 626 15

Ingin merasakan sensasi menulis luar biasa ?, kompasiana tempatnya. Membaca tentang kompasiana, tentu ingatan kita tertuju pada harian paling terkenal di Indonesia. KOMPAS. Karena memang media blog sharing and connecting ini, merupakan bagian dari portal kompas.com. Anda ingin merasakan keluar biasaannya ?, mari membaca pengalaman penulis ‘kampungan’, berkategori abal-abal seperti saya ini.

Pasifnya lama, sekitar enam bulan. Bukan apa-apa, saya anggap kompasiana itu tempatnya penulis hebat. Saya jadi tidak pede memposting se-paragraf pun tulisan. Anggapan saya kemudian berubah, setelah seorang kawan men share tulisannya di facebook. Kawanku itu, Yusran Darmawan yang kini menjadi kompasianer terkemuka. Hampir setiap tulisannya berbuah Headline.

Iri hati untuk juga menjadi penulis, membuatku memberanikan diri memposting tulisan pertama: Aku Tidak Malu Ibuku Penjual Madu. Luar biasa, tanggapan pembaca cukup banyak. Saya sama sekali tidak menyangkanya, tulisan itu tentang diri saya dan terkesan kampungan. Postingan pertama itu, di bulan Maret 2010. Mendapat 214 pembaca, 45 komentar dan 28 memberi rating inspiratif. Seumur-umur, saya belum pernah mendapatkan apresiasi pertama seperti ini. Tulisan perdana itu saya kemas dari catatan harian. Maksud saya ketika itu, hanya mengisi blog ku yang melompong. Bahkan saya tidak berharap ada yang membacanya. Malu, kalo nanti tulisanku dikritik.

Setelah itu, kudapati pelajaran pertamaku, Mulailah menulis, jangan malu. Tulis saja tanpa mengharap komentar. Sebelum di kompasiana, tulisanku hanya saya yang menganggapnya keren. Penuh dengan referensi dan kutulis selama-berhari-hari, kemudian bersusun di map berkas. Menjadi usang dan berdebu. Tidak ada yang membacanya, ketikapun kusodorkan untuk dibaca, saya lihat mata pembacanya jadi picing dan garuk-garuk kepala. Sulit dicerna. Jadilah saya mendapatkan pelajaran kedua, tulisan dibuat untuk dibaca selain kita, maka buatlah semenarik mungkin dan sisipkanlah manfaat. Jangan terlalu banyak. Kalau banyak, siapkan tulisan baru dengan judul yang baru. Di dunia jaman maya, orang ingin praktis tapi sarat manfaat.

Setelah tulisan pertama itu, sayapun keranjingan menulis. Di bulan Oktober lalu saya menorehkan 23 tulisan dalam satu bulan. Artinya, hampir setiap hari saya menulis. Kini saya telah menuliskan 67 Tulisan, selama delapan bulan. Ini masih sedikit dibanding kompasianer lain. Ada yang telah mencapai lebih dari seribu tulisan.

Selama tujuh tahun saya di kampus, pernah saya ikut diklat jurnalistik dasar. Ternyata selama itu, saya hanya membuahkan empat tulisan. Dua termuat di Koran kampus, dan duanya lagi dimuat di harian lokal. Tujuh tahun hanya empat tulisan ter publish, parah kan?.  Kompasiana bisa membuat kita kecanduan menulis. Menulis yang banyak dalam waktu singkat.Mau merasakannya?, bergabunglah di rumah sehat ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun